Berikut adalah makalah Keimanan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk materi lain yang telah kita bahas, bisa kalian download di SINI
A. Pengertian Iman
A. Pengertian Iman
Pengertian iman
dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan
lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang
dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi
ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada
Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan
agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang
yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada
Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.” (Q.S. An Nisa: 136)
Ayat di atas
memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami
kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan
manusia.
Kata Iman yang
tidak dirangkai dengan kata lain dalam al-Quran mengandung arti positif. Dengan
demikian, kata-kata iman yang dikaitkan dengan kata Allah atau dengan
ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya disebut iman bathil.
B. Wujud Iman
Akidah Islam dalam
al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan
yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas.
Akidah Islam atau
iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang
datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
Wujud iman menurut
tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan
disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang mewujudkan gerak berbuat
dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup.
Sikap hidup
seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada
pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidup atau
perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan yang dimiiki
pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai bathil. Dengan
demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman bathil
C. Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang
dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih
yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan
menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap
seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan
keluarga, masyarakat, pendidikan dll.
Pada dasarnya,
proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat
menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam
mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka
orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses
pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan,
seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus
dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah
agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.
Berbuat sesuatu
secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur.
Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya
tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali
secara langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat
menggambarkan sikap sikap mental tersebut).
D. Tanda-Tanda Orang Beriman
1.
Taqwa
Taqwa adalah
menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan segala apa yang
diperintah oleh Allah SWT dan juga meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya.
Keimanan seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika ia tidak bertaqwa,
yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan beramal shaleh atau berbuat
kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW
mengajarkan kepada kita untuk selalu bertaqwa dimana saja kita berada. Jika
kita berada di pasar maka kita harus menunjukkan ketaqwaan dalam urusan kita di
pasar, jika kita berada dalam klas yang sedang belajar kita juga harus bertaqwa
kepada Allah dalam urusan menuntut ilmu dan mengajarkannya dan begitulah
seterusnya dimana saja kita berada kita harus bertaqwa kepada Allah SWT tanpa
harus ragu-ragu untuk melakukannya.
Allah SWT
sama sekali tidak membedakan derajat manusia berdasarkan suku, bangsa, bahasa,
dan budaya, akan tetapi Allah SWT membedakan perbedaan antara seseorang dengan
yang lainnya dengan taqwanya, barang siapa yang paling bertaqwa, maka dialah
yang derajatnya paling mulia di sisi Allah SWT.
2.
Malu
Tanda keimanan yang
amat penting dari seseorang yaitu al haya’ atau mempunyai rasa malu. Maksud
dari mempunyai rasa malu disini bukan kita merasa malu berbicara di depan orang
banyak sehingga merasakan panas dingin jika berbicara di depan umum atau kita
merasa malu dengan penampilan yang kurang meyakinkan atau kurang keren di depan
teman-teman kita dalam suatu acara. Akan tetapi, rasa malu yang harus kita tanam
sebagai orang yang beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau
hal-hal yang telah dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu
sangatlah penting bagi kita mempunyai rasa malu seperti ini, agar tentunya
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan. Bahkan, keimanan
dengan rasa malu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan tentunya tidak
boleh juga kita pisah-pisahkan sendiri seperti dua sisi mata uang yang tidak
diakui dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Bila malu tidak ada
pada jiwa seseorang yang mengaku beriman, pada hakikatnya dia tidak beriman.
Haya’ (rasa malu) terdapat dua macam yaitu:
Malu naluri (haya’
nafsaniy), yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah kepada setiap diri manusia,
seperti rasa malu kelihatan auratnya atau malu bersenggama di depan orang lain.
Dalam hal ini tentu kita harus selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan
segala ketentuan-Nya dengan mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki
rasa malu terhadap diri sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan
selalu menjaga aurat jangan sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena
itu, orang yang tidak memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia
telah merusak citra dirinya sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra
orang lain.
Malu imani
(haya’imaniy), ialah rasa ma!u yang bisa mencegah seseorang dari melakukan
perbuatan maksiat karena takut kepada Allah SWT. Setiap muslim haruslah
memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya, malu yang ditunjukkan
dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun
juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang ketika berada di masjid dan sejenisnya,
tapi tidak malu-malu untuk melakukan penyimpangan di pasar, kantor, bahkan saat
sendirian. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu
memperkokoh rasa malu sehingga tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu
tersebut.
3.
Syukur
Tanda keimanan
seseorang yang amat penting adalah selalu bersyukur. Allah SWT menganugerahkan
nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik dalam kehidupan manusia tidak
akan pernah lepas dengan yang namanya nikmat Allah SWT.
Oleh karena itu,
sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah SWT. Syukur berarti
“berterima kasih kepada Allah SWT”. Dalam arti lain, syukur ialah memanfaatkan
nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita sesuai dengan kehendak yang
memberikannya.
Bersyukur
mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu mengekalkan dan menambah nikmat
itu pula dengan nikmat yang lain yang berlimpah, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih” (QS Ibrahim [14]:7).
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih” (QS Ibrahim [14]:7).
Ada tiga macam cara
kita bersyukur kepada Allah SWT:
Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah SWT. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntutan agama.
Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah SWT. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntutan agama.
Allah SWT
melimpahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Secara garis besar nikmat Allah
terbagi atas dua macam yaitu nikmat yang menjadi tujuan dan nikmat yang menjadi
alat untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri nikmat
yang pertama adalah kekal, diliputi kebahagiaan dan kesenangan, sesuatu yang
mungkin dicapai, dan segala kebutuhan terpenuhi. Adapun nikmat yang kedua
meliputi kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia, kelebihan
tubuh seperti kesehatan dan kekuatan, hal-hal yang membawa kesenangan jasmani,
seperti harta dan kekuasaan, dan hal-hal yang membawa sifat keutamaan seperti
pertolongan dan lindungan dari Allah SWT.
4.
Sabar
Yang terakhir atau
yang Keempat dari tanda keimanan seseorang yaitu sabar. Sabar berasal dari
bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan atau mengekang.
Secara istilah
sabar yaitu menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang
tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Sabar merupakan bagian yang penting dari iman.
Dalam hadits yang diriwayatkan oieh Abu Nu’aim, Rasulullah SAW bersabda bahwa
sabar adalah sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi iman sangat penting,
seperti kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji.
Nabi SAW melukiskan
sabar sebagai barang yang sangat bernilai tinggi di surga. la juga pemah
berkata, “sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang
besar” (HR. At-Tirmidzi).
5.
Ridha dengan Keputusan Allah
Ridha berarti
menerima keputusan kalah atau menang dengan hati yang lapang. Jika mendapat
kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda kesyukuran kepada
Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, maka terima dengan hati yang lapang, dan
merasa itu lebih baik daripada menang. Seorang ulama tasauf, Ibnu Athaillah
Sakandari menyatakan: “Keridhaan adalah mengarahkan perhatian hati kepada
ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan ketidaksenangan“. Seorang ulama
yang lain, Ruwaim menyatakan:’ Keridhaan adalah tenangnya hati dalam menjalani
ketetapan Allah. “
Pernah suatu hari
khalifah Umar bin Khattab menulis surat kepada gubernur Abu Musa al Asyari:
“Segala kebaikan terletak di dalam keridhaan. Malah jika engkau mampu jadilah
orang yang ridha; dan jika engkau tidak mampu, maka jadilah orang yang sabar“
Tanda Orang Beriman (Al Anfal 2-4)
Tanda Orang Beriman (Al Anfal 2-4)
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia." (QS.Al Anfal 2-4)
Dari Ayat tersebut
telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman
kepada Allah adalah:
Bila disebut nama
Allah gemetarlah Hatinya Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya
Mereka selalu bertawakal Kepada Allah Mendirikan Shalat
Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)
Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)
Itulah tanda-tanda
orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah
Gambarkan dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya. Yang jadi
renungan buat kita adalah sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau atau
bahkan menangis ketika disebut ayat-ayat Al Quran? atau justru kita tertawa
terbahak-bahak padahal Al Quran menceritakan betapa pedihnya Azab Allah itu?
semua jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing, mari kita introspeksi/
muhasabah / evaluasi diri kita sebelum Allah yang turun tangan untuk
mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti.
E. Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang
sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu
taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah:
1. Takut (kepada Allah)
yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran
yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang
manusia.
3. Redha dengan yang
sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa
pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa
rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan
diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan
menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa
yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.
F. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan dan
ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa
adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai
upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran
Allah.
Iman yang benar
kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat
untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak
mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa.
Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar
beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang
yang bertakwa.
Keimanan pada ke-Esaan
Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid
teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tahuid yang membahas
tentang keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan.
Adapun tauhid
praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan amal dan ibadah
manusia. Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid toritis. Seperti dengan
kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang wajib disembah
hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak
langkah.
Dalam ajaran Islam
yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam
ibadah dan dalam perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menegakan
tahuid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan pelaksanaan,
pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah
mengesakan Tuhan dengan pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui
fikiran membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan perbuatannya. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan
bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dan dengan mengamalkan semua
perintah Allah dan menjahui larangannya.
G. Iman dan taqwa manfaatnya dalam kehidupan
Pengertian
berlandaskan keimanan dan ketakwaan ialah masalah keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan penyesuaian diri antara
manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya hanya dapat terwujud secara
baik dan sempurna apabila usaha tersebut berdasarkan atas keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, faktor agama atau Ketuhanan
memainkan peranan yang besar dalam pengertian kesehatan mental.
Pengertian
bertujuan untuk kehidupan yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat adalah
kesehatan mental bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik, sejahtera, dan
bahagia bagi manusia secara lahir dan batin, jasmani dan rohani serta dunia dan
akhirat.
Pada dasarnya
manusia terdiri dari dua subsistem yaitu psikis dan fisik. Kedua subsistem yang
menyatu pada manusia ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika salah satu
mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagian yang lain. Dari beberapa
penelitian ditemukan antara pasien yang sakit secara medis menunjukkan adanya
gangguan mental seperti stress, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain.
Sebaliknya
orang-orang yang dirawat karena gangguan mental juga menunjukkan adanya
gangguan fisik, karena itu kondisi kejiwaan atau mental seseorang dapat
mempengaruhi fungsi tubuhnya. Seperti misalnya emosi seseorang dapat menambah
atau menguarangi rasa sakit yang dideritanya.
Kesehatan jasmani
dapat terganggu apabila rohaninya tidak sehat, karena keduanya saling terkait.
Contoh apabila rohani terlalu tertekan oleh berbagai masalah duniawi, maka
seseorang akan stress. Jika sudah begini maka gejala awalnya adalah migraine,
tubuh panas atau demam. Ini menunjukkan adanya keterkaitan antara keduanya.
Moelyono
Notosoedirdjo dan Latipun dalam bukunya “kesehatan mental: konsep dan penerapan”
mengatakan “Goldberg (1984) mengungkapkan terdapat tiga kemungkinan hubungan
antara sakit secara fisik dan mental:
1. Orang yang sakit mental disebabkan oleh sakit fisiknya. Karena
kondisi fisknya tidak sehat dia tertekan sehingga menimbulkan akibat sekunder
berupa gangguan seara mental.
2. Sakit fisik yang dideritanya itu sebenarnya gejala dari adanya
gangguan mental.
3. Antara gangguan mental dan sakit secara fisik adanya saling
menopang, artinya bahwa orang menderita secara fisik menimbulakn gangguan secara
mental dan gangguan mental itu turut memperparah sakitnya.
Jadi jelaslah bahwa
bahwa kesehatan fisik dan mental itu saling berhubungan. Artinya jiak satu
terganggu akan mengganggu yang lain.
Maka dari itu untuk
menemukan keseimbangan antara jiwa dan raga atau ingin sehat lahir dan batin
maka seseorang itu harus memiliki empat pilar antara lain:
a. Sehat secara jasmani
b. Sehat secara kejiwaan
c. Sehat secara social
d. Sehat secara spiritual
Bentuk-bentuk ketaqwaan dan kaitannya dengan kesehatan
1. Taubat
Ditinjau
dari kesehatan mental, taubat dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan,
dan pembinaan.
Dalam
perawatan kejiwaan, terdapat pengobatan dengan catharsis. Dalam pengobatan
tersebut, penderita mengungkap sikap, perasaan berdosa, dan perasaan bersalahnya
kepada konsultan. Dengan demikian, penderita merasa lega kerena sikap dan
perasaannya diperhatikan, didengar, dipahami, dan diterima konsultan. Dengan
demikian, penderita memperoleh kelegaan batin karena sikap dan perasaan yang
menyebabkan timbulnya konflik batin dapat diungkapkan. Dengan pertemuan
beberapa kali, penderita dapat mengalami kesembuhan karena tidak ada lagi sikap
dan perasaan yang menimbulkan kegoncangan jiwa.
2. Sabar dan syukur
Ditinjau
dari kesehatan mental, sabar dan syukur dapat berfungsi sebagai pengobatan,
pencegahan, dan pembinaan. Salah satu tujuan dari perawatan jiwa adalah
membantu penderita dalam mengendalikan dirinya.
Pengendalian
diri berarti mengendalikan keinginan, dorongan, perasaan, dan emosi, baik yang
bersifat fisik biologis, social-ekonomi, dan psikis. Pribadi yang tidak
terkendali memungkinkan timbulnya kepincangan, ketidakadilan, serta
kesengsaraan diri dan orang lain. Biasanya seseorang yang tidak mampu
mengendalikan diri adalah seseorang yang terserang gangguan kejiwaan seperti,
penyesalan dan ketidaktenangan hidup. Sebaiknya seseorang yang mampu
mengendalikan dirinya secara kejiwaan adalah seseorang yang memiliki kepuasan
dan ketenangan jiwa.
Pengendalian
diri dalam bahasa agama dapat diibaratkan sebagai pengendalian godaan hawa
nafsu (setan dan iblis). Dengan melatih diri melalui penanaman sifat sabar
dalam jiwa, seseorang yang tertimpa kemalangan atau musibah, jiwanya tidak akan
terlalu terbebani oleh kesedihan dan kekecewaan. Dengan memiliki sifat sabar,
mental seseorang akan selalu seimbang dan jiwanya tidak mudah labil baik disaat
dapat kesenangan maupun musibah. Orang yang selalu bersabar hatinya selalu
tenang dan tentram yang merupakan tujuan dari mental dan jiwa yang sehat yang
terhindar dari rasa ambisius yang tinggi akan sesuatu yang dapat menimbulkan
agresi.
3. Takut (Khauf)
Ditinjau
dari kesehatan mental, sifat takut dan harap kepada Allah dapat berfungsi
sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Diantara tujuan perawatan jiwa
adalah pengobatan kegoncangan kelakuan yang diderita seseorang sehingga
menghalanginya untuk menyesuaikan diri. Tujuan tersebut antara lain dapat
dicapai dengan usaha menghilangkan rintangan yang menghambat pertumbuhan jiwa
yang sehat, seperti sifat tercela.
Dengan
demikian, penderita dapat dibantu dalam mengobati keguncangan jiwa dan
kesembuhan bias diperoleh.
4. Tawakkal
Ditinjau
dari kesehatan mental, tauhid dan tawakkal dapat berfungsi sebagai pengobatan,
pencegahan, dan pembinaan. Perawatan jiwa menghendaki agar setiap penderita
dapat menentramkan batinnya dengan jalan kembali kepada agama (Allah). Dengan
demikian, ia dapat mempercepat proses perawatan jiwa dan memperoleh kesembuhan
karena terdapatnya hubungan yang sangat erat antara gangguan kejiwaan dan
perawatannya dengan agama.
5.
Kasih sayang dan ridha
Ditinjau
dari kesehatan mental, hubah, rindu, intim, dan ridha dapat berfungsi sebagai
penyembuh gangguan atau penyakit mental. Dalam kesehatan mental, kasih sayang
atau cinta merupakan salah satu kebutuhan jiwa manusia yang mendasar yang
berpengaruh besar dalam perawatan jiwa. Kehilangan kasih saying dapat
menyebabkan seseorang menderita, sebaliknya memperoleh kasih sayang dapat
membuat seseorang bahagia.
Kebutuhan
akan kasih saying antara lain dapat dipenuhi dengan pergaulan yang baik dalam
masyarakat. Dengan demikian, seseorang yang menderita dapat terpenuhi kasih
sayangnya sehingga mendapatkan ketenangan jiwa kerena kebutuhan pokoknya dapat
terpenuhi melalui hubungan manusiawi yang baik.
6. Niat, ikhlas, dan
benar
Ditinjau
dari kesehatan mental, niat, ikhlas, dan benar dapat berfungsi sebagai
pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Perawatan kejiwaan menghendaki agar
penderita mampu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain karena
kejujuran amat besar artinya dalam memperoleh kesehatan mental. Dengan sifat
jujur, seseorang dapat bersikap objektif dalam mengenal dan menerima keadaan
dirinya serta mengendalikan dan menjaga keseimbangan dirinya.
7. Muraqabah dan
Muhasabah
Ditinjau
dari kesehatan mental, niat, ikhlas, dan benar dapat berfungsi sebagai
pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Perawatan kejiwaan menghendaki agar
penderita mampu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain karena
kejujuran amat besar artinya dalam memperoleh kesehatan mental. Dengan sifat jujur,
seseorang dapat bersikap objektif dalam mengenal dan menerima keadaan dirinya
serta mengendalikan dan menjaga keseimbangan dirinya.
8. Tafakkur
Ditinjau
dari kesehatan mental, tafakur dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan,
dan pembinaan.
Perawatan
kejiwaan menghendaki agar penderita berkemampuan dalam mengadakan istibshar
(pengamatan) terhadap dirinya kerena bermanfaat besar dalam pengobatan
kejiwaan. Dengan istibshar, seseorang akan dapat mengenal dan mengerti dengan
baik keadaan dirinya. Penderitaan kejiwaan harus dibiasakan melakukan
istibshar, sehingga ia mampu menyesuaikan diri dengan cara yang baru dan
menyusun kembali kepribadiannya. Dengan demikian, penderita dapat memperoleh
ketenangan jiwa kerena ia dapat mengenal dan memandang dirinya secara objektif,
bebas dari konflik, serta sikap dan perasaan yang menekan dalam penyesuaian
diri.
9. Zikrul maut
Ditinjau
dari kesehatan mental, zikrul maut dapat berfungsi sebagai pengobatan,
pencegahan, dan pembinaan.
Diantara
tujuan perawatan kejiwaan adalah pengendalian emosi karena emosi yang tidak
terkendali dapat membuat kondisi jiwa terganggu. Salah satu emosi jiwa yang
dapat membuat kondisi jiwa terganggu adalah rasa takut akan kematian. Rasa
takut mati ini merata di kalangan manusia dan tampak jelas ketika terjadi
peperangan. Untuk memperoleh ketentraman jiwa, seseorang harus mengendalikan
emosi rasa takutnya. Jalan yang dapat ditempuh untuk mengendalikan ketakutan
akan mati adalah memberikan pengertian tentang masalah kematian itu sendiri.
Dengann demikian, rasa takut dapat dikendalikan dan dapat disembuhkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman kepada
Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk merasakan kebahagiaan
hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga unsure
akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku.
Sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya.
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya.
Mereka akan
memperolah beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-Nya dan ampunan serta
rezeki (nikmat) yang mulia.
Keimanan dan
ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh
karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan
ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.
3.2 Saran
Hendaknya umat
muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya meningkat. Hindari
sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga
Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup.
Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup.
DOWNLOAD MATERI LAIN YANG TELAH KITA BAHAS MELALUI LINK INI: http://www.4shared.com/rar/UqFmuznKce/materi_kuliah.html