بسم الله الرحمن الرحيم
{ وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا
قَوْلاً كَرِيماً } [الإسراء:23]
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia” (al-Isra: 23)
وعن أنس قال: سئلَ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم عن
الكبائر قال: "الإشراك بالله وعقوق الوالدين، وقتل النفس، وشهادة الزور
Diceritakan dari Anas ra. Beliau berkata “
Rasulullah ditanyakan tentang dosa-dosa besar, Rasulullah saw, menjawab
‘menyekutukan ALLAH, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh seseorang, dan
bersaksi palsu’ (al-Hadits)
وفي الصحيح عن أبي بكرة
، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : { ألا أخبركم بأكبر الكبائر ؟ قلنا : بلى يا
رسول الله . قال : الإشراك بالله ، وعقوق الوالدين {
Dalam hadits
shohih dari Abi Bakrah, Rasulullah saw, bersabda: “maukah kalian aku kabarkan
tentang dosa-dosa terbesar dari dosa-dosa besar?, kami (shohabat berkata): “
tentu wahai Rosulullah!”. Rosulullah bersabda lagi: “menyekutukan ALLAH Saw,
dan durhaka kepada orang tua”
Berikut ini terdapat suatu cerita yang saya ambil dari internet,
entah dari mana saya sudah lupa, namun saya tidak bermaksud melupakan sumber
aslinya. Berikut ini ceritanya:
Pada suatu petang
seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk
berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor
burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari
ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda
itu?”
“Burung gagak”, jawab
si anak.
Si ayah
mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan
yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab
dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, ayah!”
Tetapi sejurus
kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak keliru
dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab
dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah
terdiam seketika.
Namun tidak lama
kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat
si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah,
“Itu gagak, ayah.”
Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya
untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan
menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak
tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali ayah bertanya soal hal tersebut
dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan????
Itu burung gagak,
burung gagak, ayah …..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun
menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah
keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada
anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary
lama.
“Coba kau baca apa
yang pernah ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si ayah.
Si anak setuju dan
membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di
halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak
hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun,
anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan
jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa
cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini
menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai
membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang
kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini ayah baru
bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang
kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika
itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya
memohon ampun atas
apa yg telah ia perbuat.
Kembali pada ayat
surah al-Isro di atas, Dalam kitab al-Ahkam wa al-Adab al-Mustafadah di
jelaskan bahwa:
أي
حكم تعالى وأمر بأن لا تعبدوا إلهاً غيره وقال مجاهد : {وَقَضَى} يعني وصَّى بعبادته
وتوحيده
الأحكام والآداب المستفادة
من سورة الإسراء - (ج 1 / ص
{وَقَضَى}
yaitu ALLAH Swt, berpesan agar menyembah ALLAH Swt, dan bertauhid atau
mengesakan-Nya. {وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا أي وأمر بأن تحسنوا إلى
الوالدين إحساناً قال المفسرون: قرن الله تعالى بعبادته برَّ الوالدين لبيان حقهما
العظيم على الولد لأنهما السبب الظاهر لوجوده وعيشه، ولما كان إحسانهما إلى الولد قد
بلغ الغاية العظيمة وجب أن يكون إحسان الولد إليهما كذلك
artinya dan ALLAH Swt, Memerintahkan kalian
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan perbuatan baik yang
sebenarnya. Ulama ahli tafsir menjelaskan: ALLAH Swt, mengiringi perintah
berbuat baik kepada kedua orang tua setelah perintah untuk menyembah dan
mengesakan-Nya, untuk menjelaskan hak kedua orang tua yang begitu besar dari
anaknya dengan kata lain sang anak memiliki kewajiban yang besar pada kedua
orang tuanya, karena kedua orang tua adalah sebab nyata bagi eksistensi dan
pertumbuhan kehidupan sang anak. Ketika kedua orang tua telah memperlakukan
anak meereka dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang
yang mencapai puncak, maka sang anak seharusnya berbuat baik kepada keduanya
seperti itu pula.
Memang biasanya
kedua orang tua tidak pernah minta balasan dan mempertanyakan ganti rugi
setelah merawat anak mereka, jika sang anak sukses menjadi sarjana, menjadi
dokter, atau menjadi apapun yang telah dicita-citakan sang anak, orang tua tak
pernah meminta ganti atas biaya yang telah mereka keluarkan, mereka mungkin
hanya bisa bangga atas prestasi sang anak. So, sang anak pun harusnya
memperlakukan kedua orang tua mereka sebagaimana kedua orang tuanya
memperlakukan anaknya diwaktu kecil hingga tumbuh menjadi orang yang
terpandang. Semoga aku dan yang berkenan membaca coretan ini menjadi orang yang
sadar dan menyadari… amiin