Kamis, 05 Desember 2013

darwinisme bertentangan dengan al-Qur'an


MENGAPA SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN MENDUKUNG TEORI EVOLUSI?


Sepanjang sejarah, manusia sudah memikirkan alam semesta dan asal-muasal kehidupan ini, dan sudah mengajukan berbagai gagasan tentang hal ini. Kita dapat membagi gagasan-gagasan itu menjadi dua kelompok: yang menjelaskan alam semesta ini dari sudut pandang materialis, dan yang melihat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dari ketiadaan, yakni, kebenaran penciptaan.
Dalam pengantar buku ini, telah kita lihat bahwa teori evolusi didirikan pada filsafat materialis. Pandangan materialis menyatakan bahwa alam semesta terdiri atas materi, dan materi adalah satu-satunya hal yang ada. Karena itu, materi ada selama-lamanya, dan tidak ada kuasa lain yang mengaturnya. Kaum materialis percaya bahwa faktor ketidaksengajaan (kebetulan) yang buta menyebabkan alam semesta membentuk diri, dan makhluk hidup muncul secara bertahap, berevolusi dari zat-zat tak-hidup. Dengan kata lain, semua makhluk hidup di dunia ini muncul sebagai akibat berbagai pengaruh alam dan ketidaksengajaan.
Filsafat materialis menggunakan teori evolusi, yang keduanya saling melengkapi, untuk menjelaskan timbulnya makhluk hidup. Kesatuan ini, yang lahir di zaman Yunani kuno, kembali disebarluaskan saat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, dan, karena teori itu dianggap mendukung paham materialisme, tak perduli secara ilmiah absah atau tidak, teori ini segera dirangkul oleh kaum materialis.
Fakta penciptaan bertentangan dengan teori evolusi. Menurut pandangan kreasionis (penciptaan), materi tidaklah ada sejak dan untuk masa yang tak terhingga, dan karena itu, dikendalikan. Allah menciptakan materi dari ketiadaan dan memberinya keteraturan. Semua makhluk, hidup maupun tak-hidup, ada karena diciptakan Allah. Rancangan, perhitungan, keseimbangan, dan keteraturan yang tampak di alam semesta dan dalam makhluk hidup merupakan bukti nyata akan hal ini.
Semenjak awal, agama telah mengajarkan kebenaran penciptaan, yang dapat dipahami semua orang melalui penggunaan akal dan pengamatan pribadi. Semua agama samawi telah mengajarkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan berfirman “Jadilah!”, dan bahwa bekerjanya alam semesta secara sempurna tanpa cela merupakan bukti daya ciptaNya yang agung. Banyak ayat Al Qur’an juga mengungkapkan kebenaran ini. Misalnya, Allah mengungkapkan bagaimana Dia secara ajaib menciptakan alam semesta dari ketiadaan:

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2: 117)

Allah juga mengungkapkan yang berikut:
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

Ilmu pengetahuan mutakhir membuktikan ketidak-absahan pernyataan materialis-evolusionis, dan menegaskan kebenaran penciptaan. Berlawanan dengan teori evolusi, semua bukti penciptaan yang mengelilingi kita menunjukkan bahwa faktor kebetulan tidak berperan dalam terwujudnya alam semesta. Setiap rincian yang tampak saat kita mengamati langit, bumi, dan semua makhluk hidup dimaksudkan sebagai bukti kebijaksanaan dan kekuasaan Allah yang agung.
Perbedaan mendasar antara agama dan paham atheisme adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar, Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak penciptaan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35)
Sejak zaman bermula, mereka yang mengingkari penciptaan senantiasa menyatakan bahwa manusia dan alam semesta tidaklah diciptakan, dan selalu berusaha membenarkan pernyataan tak masuk akal itu. Dukungan yang terbesar bagi mereka tiba di abad ke-19, berkat teori Darwin.
Kaum muslimin tidak boleh mengadakan jalan tengah dalam masalah ini. Memang, orang boleh berpikir sesukanya, dan boleh percaya apa pun yang ingin dipercayainya. Akan tetapi, tidak ada jalan tengah bagi teori yang mengingkari Allah dan ciptaanNya, sebab hal itu berarti tawar-menawar dalam unsur dasar agama. Tentu, berbuat demikian sama sekali tak bisa diterima.
Para evolusionis, karena sadar betapa jalan tengah seperti itu akan merusak agama, mendorong orang-orang beriman agar berusaha memperolehnya.


Kaum Darwinis Menganjurkan Pandangan
Penciptaan-melalui-Evolusi

Para ilmuwan yang mendukung teori evolusi secara buta, kini semakin tersudut oleh berbagai kemajuan ilmiah baru, yang kian lama kian banyak dan kian terbuka bagi orang awam. Menyadari bahwa setiap penemuan baru adalah bertentangan dengan teori ini, serta menegaskan kebenaran penciptaan, maka demagogi (tindakan menghasut masyarakat) pun berperan lebih penting daripada bukti ilmiah dalam berbagai naskah evolusionis. Di sisi lain, majalah-majalah ilmiah pendukung teori evolusi yang paling terkemuka sekalipun, seperti Science, Nature, Scientific American atau New Scientist, terpaksa mengakui bahwa beberapa segi dalam teori Darwin sudah menghadapi jalan buntu. Para ilmuwan yang mendukung paham penciptaan memenangkan berbagai debat ilmiah ini, dan dengan demikian, menyingkapkan berbagai pernyataan tak berdasar yang diajukan kaum evolusionis.
Di sinilah, pandangan penciptaan lewat evolusi menjadi penolong bagi kaum materialis. Ini merupakan salah satu taktik yang digunakan kaum evolusionis untuk melunakkan sikap para pendukung paham penciptaan (atau “Rancangan Cerdas”), dan melemahkan posisi intelektual mereka dalam melawan dogma Darwinisme. Walaupun tidak mempercayai Tuhan karena telah mendewakan faktor kebetulan atau ketidaksengajaan, dan menentang habis fakta penciptaan, kaum evolusionis menganggap bahwa teori mereka akan lebih dapat diterima jika mereka berdiam diri tentang gagasan kaum beragama yang sekaligus mendukung teori evolusi, bahwa Allah menciptakan makhluk hidup lewat evolusi. Malah, mereka menganjurkan jalan tengah antara teori ini dan agama, sehingga evolusi lebih dapat diterima dan kepercayaan akan penciptaan melemah.
Melihat ini, kaum Muslimin harus mengerti bahwa adalah salah sepenuhnya apabila kita percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta, namun sekaligus mendukung teori evolusi sekalipun tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan. Lebih jauh lagi, adalah sama salahnya apabila kita menyatakan bahwa evolusi selaras dengan Al Qur’an, dengan cara mengabaikan semua peringatan dalam kitab suci itu sendiri. Kaum Muslimin yang bersikap seperti itu perlu menyadari bahwa mereka sedang mendukung sebuah gagasan yang dirancang untuk membantu filsafat materialis dan, setelah tahu hal ini, harus segera menarik kembali dukungan mereka.


Menolak Evolusi Tidak Berarti
Menolak Ilmu Pengetahuan

Jumlah Muslim yang percaya bahwa semua makhluk hidup muncul melalui evolusi tidaklah boleh diremehkan. Kesalahan mereka berdasarkan pada kurangnya pengetahuan serta berbagai sudut pandang yang keliru, khususnya yang terkait dengan berbagai masalah ilmu pengetahuan. Kesalahan yang utama adalah gagasan bahwa evolusi adalah fakta ilmiah dan sudah terbukti kebenarannya.
Orang seperti mereka tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan telah mengikis habis tingkat kebenaran teori evolusi. Baik di tingkat molekuler, atau pun dalam biologi dan paleontologi, penelitian telah membuktikan ketidak-absahan pernyataan makhluk hidup muncul sebagai hasil proses evolusi. Teori Darwin mampu bertahan, sekalipun bertentangan dengan kenyataan ilmiah, hanya karena para evolusionis melakukan segala hal yang mereka bisa, termasuk sengaja menyesatkan orang, agar teori itu tetap hidup. Tulisan dan ceramah mereka dipenuhi istilah ilmiah yang tidak dimengerti orang awam. Tetapi bila kata-kata mereka ditelaah, orang tidak dapat menemukan bukti untuk mendukung teori mereka.
Pemeriksaan yang seksama atas karya tulis terbitan kaum Darwinis telah jelas mengungkapkan kenyataan ini. Uraian mereka hampir tidak pernah berdasarkan bukti ilmiah yang kukuh. Berbagai bidang mendasar, tempat teori ini runtuh, dipulas dengan beberapa patah kata, dan banyak uraian aneh ditulis tentang sejarah alam. Mereka tidak pernah memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan utama, misalnya bagaimana pertama kali kehidupan timbul dari zat-zat yang tak-hidup, celah-celah lebar pada catatan fosil, dan sistem pada makhluk hidup yang rumit. Mereka tidak melakukannya, karena apa pun yang dapat mereka katakan atau tulis akan berlawanan dengan tujuan mereka serta mengungkapkan kekosongan teori mereka.
Ketika Charles Darwin (1809-1882), pendiri teori ini, menelaah salah satu sistem rumit yang terdapat pada makhluk hidup, yakni mata, ia menyadari bahaya yang mengancam teorinya, dan ia bahkan mengakui bahwa memikirkan mata membuat sekujur tubuhnya menggigil. Seperti Darwin, para ilmuwan evolusionis masa kini tahu bahwa teori mereka tidak memiliki penjelasan tentang sistem rumit serupa itu. Namun, bukannya mengakui hal ini, mereka justru mencoba menutupi tiadanya bukti ilmiah, dengan cara menulis berbagai uraian khayal serta mencekokkan teori ini kepada masyarakat dengan memberinya sebuah topeng ilmiah.
Cara-cara ini tampak jelas dalam debat tatap muka antara kaum evolusionis dengan mereka yang meyakini penciptaan, maupun dalam tulisan dan film dokumenter evolusionis. Sebenarnya, kaum evolusionis tidak peduli pada hal-hal seperti kebenaran ilmiah atau akal sehat, karena sasaran tunggalnya adalah membuat orang yakin bahwa evolusi adalah kenyataan ilmiah.
Dengan cara demikian, kaum Muslimin pendukung evolusi termakan oleh citra teori ini yang katanya “ilmiah”. Khususnya, mereka tertusuk oleh semboyan Darwinis, seperti: “Siapa pun yang tidak mempercayai teori evolusi artinya bersikap taklid (meyakini sesuatu secara buta) atau tidak ilmiah,” dan karena itu memberikan ruang dalam keyakinan mereka yang sebenarnya. Karena terpengaruh keterangan usang atau tulisan dan pendapat evolusionis, mereka percaya bahwa hanya evolusi yang dapat menerangkan peristiwa munculnya kehidupan. Lalu mereka mencoba menyelaraskan agama dan evolusi, karena tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir maupun pertentangan dalam teori itu sendiri, serta tingkat keyakinan terhadap kebenaran teori tersebut yang telah lenyap.
Akan tetapi, menimbang bahwa evolusi bertentangan 180 derajat dengan penciptaan, membuktikan kebenaran yang satu akan berarti menggugurkan yang lainnya. Dengan kata lain, menggugurkan evolusi berarti membuktikan penciptaan.
Karena alasan-alasan ini, kaum materialis memandang debat tentang evolusi sebagai sejenis medan perang, semacam perang terbuka antar paham pemikiran, dan bukan sebagai masalah ilmiah. Jadi, kaum materialis melakukan semua cara yang mungkin untuk menghalangi mereka yang meyakini paham penciptaan.
Misalnya, evolusionis Lerry Flank menyarankan agar kebenaran penciptaan dilawan dengan cara-cara berikut:
Para pengawas terhadap kaum kreasionis harus ketat mengawasi susunan anggota dewan pendidikan negara bagian. Sebaiknya, mereka yang berminat kepada pendidikan yang bermutu serta kepada pencegahan langkah kaum fundamentalis yang hendak memakai sekolah negeri untuk berkhotbah, menjadi mayoritas anggota dewan-dewan ini … Jika ini gagal, dan buku-buku pelajaran berpaham kreasionis benar-benar dipakai dan disetujui, maka tindakan hukum menjadi perlu diambil. 
Jelaslah dari kata-kata ini bahwa kita bukan sedang bicara tentang suatu debat ilmiah, melainkan tentang sebuah perang gagasan, yang dicanangkan oleh kaum evolusionis dalam kerangka kerja siasat tertentu.
Kaum Muslimin yang mempertahankan evolusi harus menyadari hal ini. Darwinisme bukan sebuah pandangan ilmiah; melainkan sebuah sistem berpikir yang dirancang untuk menggiring orang mengingkari Allah. Karena teori ini tidak berlandasan ilmiah, seorang Muslim tidak boleh membiarkan diri disesatkan oleh berbagai pendapat dalam teori ini, dan lalu memberikan dukungan, setulus apa pun niatnya.


Akibat Jika Kaum Evolusionis Menjadi Mayoritas

Muslihat terpenting kaum evolusionis agar teori Darwin diterima secara luas adalah dengan menandaskan bahwa teori itu diterima luas di kalangan masyarakat ilmiah. Pendeknya, mereka menyatakan keabsahan teori ini didasarkan atas anggapan bahwa penganutnya merupakan mayoritas (berjumlah terbanyak), dan anggapan bahwa pandangan mayoritas adalah benar dalam setiap masalah. Dengan menggunakan jalan pikiran itu, serta pernyataan bahwa kebenaran evolusi kian terbukti oleh penerimaan yang luas di berbagai perguruan tinggi, mereka mencoba memakai tekanan kejiwaan pada setiap orang, termasuk yang percaya kepada Allah, untuk menerimanya.
Arda Denkel, seorang evolusionis guru besar ilmu filsafat di Universitas Bosphorus, mungkin yang paling tersohor di Turki, bahkan mengakui kelirunya cara ini:
Apakah dengan banyaknya orang, organisasi atau lembaga terhormat yang mempercayainya, teori evolusi terbukti benar? Bisakah teori itu dibuktikan dengan keputusan pengadilan? Apakah jika orang terhormat atau berkuasa mempercayai sesuatu, maka sesuatu itu akan menjadi benar? Saya ingin mengenang sebuah kenyataan sejarah. Bukankah Galileo berdiri di hadapan semua orang, pengacara, dan khususnya ilmuwan terhormat zamannya, dan secara sendirian mengatakan kebenaran, tanpa dukungan satu orang pun? Tidakkah berbagai sidang dewan Inkuisisi mengungkapkan suasana serupa? Memperoleh dukungan dari kelompok terhormat dan berpengaruh tidak menciptakan kebenaran, dan tidak berkaitan dengan kenyataan ilmiah.
Seperti pendapat Denkel, penerimaan luas terhadap sebuah teori tidak membuktikan kebenarannya. Nyatanya, sejarah ilmu pengetahuan dipenuhi berbagai contoh teori, yang awalnya diterima oleh sedikit orang (golongan minoritas) saja, dan baru kemudian diterima kebenarannya secara mayoritas.
Lebih lagi, evolusi tidaklah diterima oleh seluruh masyarakat ilmiah, seperti yang diupayakan oleh para pendukungnya agar diyakini orang. Selama 20-30 tahun terakhir, jumlah ilmuwan yang menolaknya telah meningkat secara luar biasa. Kebanyakan dari mereka meninggalkan kepercayaan buta kepada Darwinisme, sesudah melihat rancangan yang tanpa cacat di alam semesta dan dalam makhluk hidup. Mereka telah menerbitkan karya tulis yang tak terhitung jumlahnya, yang membuktikan ketidak-absahan teori itu. Lebih penting lagi, mereka merupakan anggota berbagai perguruan tinggi terkemuka di seantero dunia, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, dan pakar serta peneliti karir dalam bidang biologi, biokimia, mikrobiologi, anatomi, paleontologi, dan bidang ilmu lainnya.  Karena itu, sangat keliru berkata bahwa jumlah terbanyak dalam masyarakat ilmiah mempercayai evolusi.
Karena itu, tidak akan bermakna apa-apa, sekalipun jika kaum evolusionis sungguh menjadi jumlah terbanyak. Tidak ada pandangan mayoritas yang sepenuhnya benar hanya karena itu pandangan mayoritas. Kaum Muslimin yang mempercayai evolusi perlu tahu bahwa Al Qur’an membahas masalah ini ketika menceritakan nasib banyak masyarakat zaman dahulu, yang berpandangan serupa, dan akhirnya mengingkari Allah dan agamaNya dengan cara membiarkan diri tersesat dari jalan yang lurus. Allah memperingatkan kaum mukmin agar tidak mengikuti orang-orang yang penuh tipu-daya demikian, dan mengabarkan kepada umat manusia bahwa berjalan bersama jumlah terbanyak, atau mayoritas, bisa mengakibatkan manusia tergiring ke arah kesalahan yang mengerikan:

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al An’aam, 6: 116)

(Tulisan ini adalah karya Harun Yahya atau Adnan Okhtar ilmuwan Turkey)

Selasa, 03 Desember 2013

tanwin dalam ilmu nahwu


بسم الله الرحمن الرحيم


أوضح المسالك - (ج 1 / ص 14(
التَّنْويِن وهو : نون ساكنة تلحق الآخر لفظا لا خطا لغير توكيد فخرج بقيد السكون النونُ في ( ضَيْفَنٍ ) للطُّفَيْليِّ و ( رَعْشَنٍ ) للمُرْتَعِشِ وبقيد الآخِرِ النونُ فى ( انْكَسَر ) و ( مُنْكَسِر ) وبقولى ( لَفظاً لا خَطَّا ) النونُ اللاحقةُ لآخر القَوَافِي وستأتي وبقولى ( لغير توكيد ) نونُ نحو ( لنَسْفَعَاً ) و ( لَتَضْرِ بُنْ يا قَوْمُ ) ( لَتَضْرِ بِنْ يا هِنْدُ(
Tanwin dalam ilmu nahwu adalah nun mati yang terletak di akhir lafadz kalimat isim bukan hanya dalam tulisannya saja, dan juga tanwin tersebut tidak dimaksudkan sebagai taukid (penguat ucapan).
Tanwin dibagi menjadi 4 macam:
1.       Tanwin tamkin (تنوين التمكين)
Tanwin tamkin adalah tanwin yang terletak di akhir isim-isim yang mu’rob dan munshorif dengan tujuan memberitahukan bahwa kalimat ini tetap dalam bentuk asalnya. kecuali pada jama’ muannats salim seperti contoh مسلماتٍ. Tanwin tamkin dinamakan juga dengan tanwin shorfi (تنوين الصرف) karena ia tidak ada keserupaan dengan fi’il ataupun huruf. Tanwin ini juga adalah tanwin yang paling sering muncul pada kalimat isim. Contoh: رجلٌ كتابٌ, هندٌ.
2.      Tanwin tankir تنوين التنكير))
Tanwin tankir adalah tanwin yang terdapat pada akhir isim mabni seperti isim fi’il atau isim alam yang berakhiran ويه . fungsi tanwin ini adalah untuk membedakan mana yang makrifat dan mana pula yang nakiroh di antara dua kata. Maka kemudian kata yang bertanwinlah yang ditetapkan sebagai isim yang nakiroh dan sebaliknya yang tanpa tanwin adalah isim makrifat. Contoh pada isim alam:
مررت بسبويهِ و بسبويهٍ اخرى
“Aku bertemu dengan seorang Sibawaih dan Sibawaih lainnya”

Sibawaih yang kedua atau yang bertanwin adalah bentuk nakiroh, maksudnya orang tersebut bertemu dengan orang yang bernama Sibawaih yang dia kenal dan kemudian dia juga bertemu dengan Sibawaih lainnya.

Contoh pada isim fi’il: 1  صهْ 2 صهٍ
صه adalah isim fi’il yang memiliki arti diamlah. Maka dalam contoh yang pertama tanpa tanwin berarti makrifat mengindikasikan bahwa itu adalah perintah untuk melarang mukhotob untuk berbicara tentang apa yang masih ia sampaikan. Semisal ia sedang menceritakan tentang hal yang tidak baik kemudian dilarang dengan kata yang pertama. Dalam contoh yang kedua memiliki arti larangan untuk berbicara mengenai apapun. Semisal suasana tenang dalam perpustakaan dimana tak seorangpun diizinkan berbicara mengenai apapun maka dalam hal ini yang digunakan adalah bentuk yang kedua dengan arti nakiroh.

3.    Tanwin muqobalah (تنوين مقابلة)
Adalah tanwin yang terdapat di akhir kalimat isim jama’ mu’annats salim dengan tujuan sebagai pembanding terhadap nun jama’ mudzakkar salim.
4.    Tanwin ‘iwadl (تنوين عواض)
Tanwin iwadl adalah tanwin yang muncul untuk menggantikan posisi lafadz lain. Tanwin iwadl ini dibagi menjadi tiga:
a.    Menjadi ganti dari mufrod contoh
كلٌ يموت memiliki arti كل انسان tanwin pada كلٌ menjadi ganti dari kata انسان
b.    Menjadi ganti dari jumlah contoh
وأنتم حينئذٍ تنظرون menjadi ganti dari حين اذ بلغت الحلقوم
Sebenarnya masih ada lagi tanwin lainnya namun hanya keempat tanwin ini yang masuk pada isim dan dianggap penting.



Selasa, 26 November 2013

mukjizat al-Qur'an


بسم الله الرحمن الرحيم
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain ALLAH, jika kamu orang-orang yang benar” (al-Baqoroh: 23)
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْأِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." (al-Isro’: 88)
Ayat di atas adalah ayat tantangan dari ALLAH Swt, yang belum dan tak akan terjawab, menunjukkan bahwa al-Qur’an bukanlah syair yang dirangkai Nabi Muhammad Saw, akan tetapi al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu dari ALLAH ‘Azza wa Jalla.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 3-4)
Rosulullah diutus ditengah masyarakat yang amat membanggakan syair-syair. Pada masa pra Islam, syair-syair ditempelkan di dinding ka’bah pada acara semacam festival seni yang diadakan setiap minggu, bulan, atau tahunan. Pada acara seperti ini para pujangga saling unjuk kemampuan dalam bersastra, sedangkan masyarakatnya waktu itu amat memuliakan orang-orang yang mahir menggubah syair. Hingga akhirnya syair-syair mereka mampu dijerembabkan oleh keindahan susunan al-Qur’anul Kariim, yang membuat mereka bingung adalah al-Qur’an tidak menganut salah satu dari kaidah dalam bersastra yang mereka kenal, namun al-Qur’an memiliki sastra yang amat tinggi nan indah yang tak seorangpun hingga saat ini bisa menandingi sastra yang terdapat dalam al-Qur’an.
Dr. Muhammad Said Romadlon al-Buthi menyimpulkan bahwa semua kalimat dalam al-Qur’an, dirangkai melalui huruf, harakat, dan kata yang tepat ukuran dan komposisinya. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh ALLAH Dzat Yang Maha Pengasih lagi Mengetahui. Mustahil ada manusia yang mampu menyusun kalimat yang menyerupai keindahan dan keistimewaan al-Qur’an. Namun tentu saja mukjizat al-Qur’an tidak hanya terletak pada sastranya yang luar biasa, akan tetapi diantaranya juga adalah isi kandungan al-Qur’an yang tidak pernah bertentangan dengan sains modern yang padahal kita ketahui bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah Saw, lebih dari  1400 tahun yang silam dimana pada waktu itu belum ada alat elektronik seperti computer, televise, dan lain sebagainya.
Kemukjizatan al-Qur’an ini merupakan bukti bahwa al-Qu’an benar-benar dari ALLAH Swt, sebagaimana yang diungkapkan sayyid Quthb bawha ia (al-Qur’an) tersusun dari huruf-huruf yang biasa dipergunakan manusia dalam tulisan dan percakapan sehari-hari. ALLAH Mewahyukan al-Qur’an dengan huruf-huruf yang sama. Namun terdapat perbedaan yang besar antara kata atau kalimat yang diucapkan manusia dengan yang difirmankan oleh-Nya.
Kita tentunya tahu tentang mukjizat Nabi Musa yang dapat membelah lautan menggunakan tongkat dengan izin ALLAH Swt, mukjizat Nabi Sholih yang mengeluarkan unta hidup dari dalam batu yang keras, mukjizat Nabi Isa yang dapat menghidupkan orang mati, dan mukjizat lainnya dari para Nabi lainnya yang dapat mereka lakukan dengan seizin Robbul ‘alamaiin ALLAH ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi mukjizat itu seluruhnya hilang seiring wafatnya Nabi-Nabi tersebut. Berbeda dengan al-Qur’an yang tetap ada sebagai pedoman sepeninggal Nabi dan menjadi mukjizat teragung yang pernah ada, karena Rosulullah Muhammad Saw, tidak hanya diutus untuk masyarakat Arab waktu itu, melainkan juga kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, bahkan untuk seluruh alam.
Ahmad ash-Shawi dalam kitab Hasyiyatus Showi menyatakan bahwa Jika para Rosul sebelum Nabi Muhammad Saw, diutus kepada kaumnya masing-masing, maka tidak demikian halnya dengan Nabi Muhammad Saw, yang diutus kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Bahkan, juga kepada malaikat dan jin.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba’:28)
Al-Qur’an selain keberadaannya sebagai pedoman bagi umat Islam, al-Qur’an juga menjadi mukjizat yang tak akan hilang hingga hari kiamat tiba, tidak seperti mukjizat lain dari para Rosul yang hilang seiring dengan wafatnya para Rosul tersebut, kemukjizatan Rosulullah Muhammad Saw, tetap langgeng walaupun sepeninggal beliau.
Al-Qur’an sebagai pedoman sekaligus mukjizat tak pernah berubah karena ALLAH Swt, adalah Dzat Yang Menjaganya:
{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ}
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (al-Hijr: 8)
Ayat ini menjamin kesucian al-Qur’an yang tak satupun tangan berniat buruk mampu mengubahnya. Dalam kitab Adlwa’ul Bayan dijelaskan:
بين تعالى في هذه الآية الكريمة أنه هو الذي نزل القرآن العظيم وأنه حافظ له من أن يزاد فيه أو ينقص أو يتغير منه شيء أو يبدل
“ALLAH Ta’ala menjelaskan dalam ayat mulia ini, bahwa sesungguhnya Dia Yang Mewahyukan al-Qur’anul ‘adzim dan Dia Yang Menjaganya dari upaya penambahan atau pengurangan, dan dari pengubahan atau penggantian (dari tangan-tangan yang berniat buruk)”
Al-Qur’an adalah kitab yang tebal namun mudah dihapal, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, ALLAH Menjadikan al-Qur’an mudah dihafal. Dengan demikian meskipun orang-orang kafir berusaha untuk merubah al-Qur’an, itu akan percuma dan menjadi usaha bodoh yang sia-sia, karena betapa banyaknya al-Qur’an tersimpan dengan rapi di memori masyarakat Muslim berbagai usia.
v  al-Qur’an menerangkan kejadian yang belum terjadi
Diantara bukti kemukjizatan al-Qur’an adalah al-Qur’an menerangkan beberapa kejadian yang kejadian itu benar-benar terjadi setelah turunnya ayat tersebut. Contohnya adalah seperti yang disampaikan dalam kitab i’jazul Qur’an berikut:
Yang pertama adalah menjelaskan tentang kekalahan bangsa Persia dari bangsa Rumawi (Rum)
الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ(2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ(3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ(4) بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ(5) وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ(6)
Artinya: “Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terdekat  dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. dalam beberapa tahun lagi. Bagi ALLAH-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, Karena pertolongan ALLAH. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang. (Sebagai) janji yang sebenarnya dari ALLAH. ALLAH tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 1-6)
Ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. Sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. Kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. Hal itu benar-benar terjadi. Beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. Dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman ALLAH.
Yang kedua adalah kisah ahli perang Badar
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7)
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika ALLAH menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan ALLAH menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,”(Al-Anfal: 7)
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam perang badar kaum Muslimin yang hanya berjumlah 313 orang mampu mengalahkan pasukan kafir yang berjumlah sekitar 3 ribu pasukan.
Masih ada lagi ayat-ayat yang menjelaskan sesuatu yang belum terjadi namun al-Qur’an telah menyebutkannya terlebih dahulu hingga beberapa waktu setelah itu kejadian-kejadian itu semua benar-benar terbukti. (Lebih lanjut silahkan buka kitab I’jazul Qur’an lil Baqilani)
v  Al-Qur’an dan fakta ilmiah
Di dalam al-Qur’an terdapat penjelasan tentang fase-fase pembentukan manusia dalam rahim, fenomena alam, maupun karakteristik dan keistimewaan hewan tertentu, dan juga terdapat beberapa ayat agar manusia mau merenungi, meneliti, dan mengungkap rahasia alam.
Fakta-fakta ilmiah dalam al-Qur’an baru disadari setelah berkembangnya pengetahuan, membuktikan bahwa apa yang tercantum di dalam al-Qur’an adalah benar. Tercantumnya pengetahuan ilmiah dalam al-Qur’an menunjukkan bahwa al-Qur’an itu memang berasal dari ALLAH ‘Azza wa Jalla, Pemilik segala pengetahuan yang diketahui oleh manusia ataupun yang tidak mereka ketahui.
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti bahwa Al Quran berasal dari ALLAH, bahwa umat manusia tidak akan pernah mampu membuat sesuatu yang menyerupainya. Salah satu bukti ini adalah ayat-ayat (tanda-tanda) Al Quran yang terdapat di alam semesta. Sesuai dengan ayat:


سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (QS. Fushilat: 53)
Banyak informasi yang ada dalam Al Quran ini sesuai dengan yang ada di dunia eksternal. ALLAH-lah yang telah menciptakan alam semesta dan karenanya memiliki pengetahuan mengenai semua itu. ALLAH juga yang telah menurunkan Al Quran. Bagi orang-orang beriman yang teliti, sungguh-sungguh, dan arif, banyak sekali informasi dan analisis dalam Al Quran yang dapat mereka lihat dan pelajari.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Al Quran bukanlah buku ilmu pengetahuan. Tujuan diturunkannya Al Quran adalah sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat-ayat berikut:
الَر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
"Alif lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji." (QS. Ibrahim: 1)
Singkatnya, ALLAH menurunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman. Al Quran menjelaskan kepada manusia cara menjadi hamba ALLAH dan mencari ridha-Nya.
Betapapun, Al-Quran juga memberi informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta, kelahiran manusia, struktur atmosfer, dan keseimbangan di langit dan di bumi. Kenyataan bahwa informasi dalam Al Quran tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal penting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran adalah "firman ALLAH". Menurut ayat
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi ALLAH, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya" (Surat an-Nisa: 82)
 Terdapat keserasian yang luar biasa antara pernyataan di dalam Al-Quran dan dunia eksternal. Pada halaman-halaman berikut kita akan membahas kesamaan yang luar biasa antara informasi tentang alam semesta yang ada dalam Al Quran dan dalam ilmu pengetahuan.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئاً وَهُوَ حَسِيرٌ (4)
"Dia yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah." (Surat Al Mulk: 3-4)
Berikut ini akan ditulis artikel yang diambil dari www.harunyahya.com/indo
ORBIT DAN ALAM SEMESTA YANG BEROTASI
Salah satu sebab utama yang menghasilkan keseimbangan di alam semesta, tidak diragukan lagi, adalah beredarnya benda-benda angkasa sesuai dengan orbit atau lintasan tertentu. Walaupun baru diketahui akhir-akhir ini, orbit ini telah ada di dalam Al Quran:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al Anbiya:33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Setelah dihitung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
"Selagi berotasi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang berdeviasi sebesar 2,8 mm dari lintasannya yang benar setiap 29 km. Orbit yang diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm akan menyebabkan kehancuran yang hebat. Andaikan penyimpangan orbit adalah 2,5 mm, dan bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat luas dan kita semua akan membeku. Andaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm, kita akan hangus dan mati." (Bilim ve Teknik, Juli 1983).
PERJALANAN MATAHARI
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. (Ini berarti matahari bergerak sejauh kira-kira 720.000x24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung padanya.)
GUNUNG SEBAGAI PENAHAN GEMPA BUMI
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ
"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang." (QS. Luqman:10)
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini "mengikat" lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
FASE-FASE PERKEMBANGAN EMBRIO MANUSIA
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (5)
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (al-Hajj: 5)
Manusia berasal dari setetes nuthfah yang dipancarkan ke dalam rahim. Nuthfah adalah bagian terkecil yang dipancarkan ke dalam rahim. Arti kata nuthfah menurut Prof. Dr. Quraish Shihab adalah setetes yang membasahi. Proses pembentukan embrio yang sesuai dengan penemuan abad ke-20 ini sudah dikabarkan oleh seorang utusan ALLAH Swt, sekitar lebih dari 1400 tahun yang lalu.
Sebenarnya masih ada banyak lagi fakta ilmiah yang diungkap dalam al-Qu’an yang senantiasa relevan dengan penemuan termodern. Tercantumnya fakta-fakta ini membuktikan bahwa al-Qur’an memang benar-benar diwahyukan oleh ALLAH Swt, Sang Maha Pencipta, Dzat Maha Sempurna Yang tak pernah berbuat kesalahan, Dzat Yang Tunggal, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Sesuatu yang dibuat oleh tangan manusia tentu akan terbatas oleh waktu. Namun bila sesuatu itu adalah dilakukan oleh ALLAH Swt, dan Dia berkehendak untuk Melanggengkannya, maka tak satupun yang bisa melawan-Nya.
Untuk tulisan mengenai fakta-fakta ilmiah dalam al-Qur’an ini, mayoritasnya saya ambil dari karya Harun Yahya yang bisa dikunjungi di situs: www.harunyahya.com/indo
v  Mukjizat al-Qur’an dalam kesatuan dan keteraturannya.
Al-Qur’an mengandung mukjizat dari semua sudutnya. Berdasarkan fakta ini, maka akan dibahas beberapa bentuk kemukjizatan al-Qur’an yang telah dieskplorasi oleh beberapa ulama berdasarkan prinsip kesatuan al-Qur’an dan keterkaitan antara ayat-ayat dan surah-surahnya, padahal al-Qur’an diturunkan dalam konteks yang berbeda-beda dengan peristiwa yang berbeda pula.
Imam Az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi ulum al-Qur’an menjelaskan bahwa “Sesungguhnya yang membangkitkan pengetahuan terhadap kemukjizatan al-Qur’an adalah perbedaan-perbedaan tingkatan dan menyebutkan segala tema yang sesuai ditempat yang tepat. Setiap kata digunakan dalam tema yang sesuai, walaupun sinonim, sehingga apabila diganti dengankata yang lain, maka hilanglah keindahan dan kemanisa susunannya.”
Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Itqon fi Ulumil Qur’an juga membahas masalah mukjizat al-Qur’an dalam bab khusus. Beliau menegaskan bahwa al-Qur’an memiliki mukjizat dalam keindahan susunannya, serta pertautan kalimat-kalimat dan ayat-ayatnya. Dan strukturnya berada di puncak keteraturan dan kefasihan sehingga apabila dicabut satu kata saja dan disuruh kepada ilmuwan arab paling pintar untuk mengganti dengan yang lebih inda, pasti mereka tidak akan mampu.
Kelanjutan dari mukjizat al-Qur’an dari keteraturan dan kesesuaiannya ini dapat dibaca di the unity of Al-Qur’an.

Demikianlah sekelumit coretan tentang kemukjizatan al-Qur’an, yang tentu saja tulisan ini sangat amat tidak cukup untuk menulis kemukjizatan al-Qur’an, namun setidaknya sedikit membuka mata dan menyadari bahwa betapa umat Islam telah dimuliakan oleh ALLAH Swt, dengan diturunkannya al-Qur’an. Kebenaran al-Qur’an secara mutlak telah meluluhkan sedemikian banyak hati-hati orang yang sebelumnya tidak beriman. Mulai dari ilmuwan, politikus, musisi, atlet, atau rakyat sipil biasa. Jika perkembangan Islam di Eropa maupun Amerika berkembang dengan pesat maka salah satu alasannya adalah hidayah ALLAH Swt, kepada mereka setelah menyaksikan keagungan al-Qur’an.

{وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ الْحَقِّ ... الاية} [المائدة:48]
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (Al-Maa’idah: 48)
والله اعلم بالصواب









Penjelasan tentang birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua)

بسم الله الرحمن الرحيم { وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِن...