Sabtu, 15 Oktober 2016

Makalah Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa



 Berikut adalah makalah Keimanan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk materi lain yang telah kita bahas, bisa kalian download di SINI
A.  Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa: 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
Kata Iman yang tidak dirangkai dengan kata lain dalam al-Quran mengandung arti positif. Dengan demikian, kata-kata iman yang dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya disebut iman bathil.
B.  Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup.
Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman bathil
C.  Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut).
D.  Tanda-Tanda Orang Beriman
1. Taqwa
Taqwa adalah menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan segala apa yang diperintah oleh Allah SWT dan juga meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya. Keimanan seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika ia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan beramal shaleh atau berbuat kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu bertaqwa dimana saja kita berada. Jika kita berada di pasar maka kita harus menunjukkan ketaqwaan dalam urusan kita di pasar, jika kita berada dalam klas yang sedang belajar kita juga harus bertaqwa kepada Allah dalam urusan menuntut ilmu dan mengajarkannya dan begitulah seterusnya dimana saja kita berada kita harus bertaqwa kepada Allah SWT tanpa harus ragu-ragu untuk melakukannya.
 Allah SWT sama sekali tidak membedakan derajat manusia berdasarkan suku, bangsa, bahasa, dan budaya, akan tetapi Allah SWT membedakan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya dengan taqwanya, barang siapa yang paling bertaqwa, maka dialah yang derajatnya paling mulia di sisi Allah SWT.
2. Malu
Tanda keimanan yang amat penting dari seseorang yaitu al haya’ atau mempunyai rasa malu. Maksud dari mempunyai rasa malu disini bukan kita merasa malu berbicara di depan orang banyak sehingga merasakan panas dingin jika berbicara di depan umum atau kita merasa malu dengan penampilan yang kurang meyakinkan atau kurang keren di depan teman-teman kita dalam suatu acara. Akan tetapi, rasa malu yang harus kita tanam sebagai orang yang beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau hal-hal yang telah dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita mempunyai rasa malu seperti ini, agar tentunya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan. Bahkan, keimanan dengan rasa malu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan tentunya tidak boleh juga kita pisah-pisahkan sendiri seperti dua sisi mata uang yang tidak diakui dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Bila malu tidak ada pada jiwa seseorang yang mengaku beriman, pada hakikatnya dia tidak beriman. Haya’ (rasa malu) terdapat dua macam yaitu:
Malu naluri (haya’ nafsaniy), yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah kepada setiap diri manusia, seperti rasa malu kelihatan auratnya atau malu bersenggama di depan orang lain. Dalam hal ini tentu kita harus selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan segala ketentuan-Nya dengan mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki rasa malu terhadap diri sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan selalu menjaga aurat jangan sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena itu, orang yang tidak memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia telah merusak citra dirinya sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra orang lain.
Malu imani (haya’imaniy), ialah rasa ma!u yang bisa mencegah seseorang dari melakukan perbuatan maksiat karena takut kepada Allah SWT. Setiap muslim haruslah memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya, malu yang ditunjukkan dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang ketika berada di masjid dan sejenisnya, tapi tidak malu-malu untuk melakukan penyimpangan di pasar, kantor, bahkan saat sendirian. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memperkokoh rasa malu sehingga tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu tersebut.
3. Syukur
Tanda keimanan seseorang yang amat penting adalah selalu bersyukur. Allah SWT menganugerahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dengan yang namanya nikmat Allah SWT.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah SWT. Syukur berarti “berterima kasih kepada Allah SWT”. Dalam arti lain, syukur ialah memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita sesuai dengan kehendak yang memberikannya.
Bersyukur mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu mengekalkan dan menambah nikmat itu pula dengan nikmat yang lain yang berlimpah, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)  maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih” (QS Ibrahim [14]:7).
Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Allah SWT:
Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah SWT. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntutan agama.
Allah SWT melimpahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Secara garis besar nikmat Allah terbagi atas dua macam yaitu nikmat yang menjadi tujuan dan nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri nikmat yang pertama adalah kekal, diliputi kebahagiaan dan kesenangan, sesuatu yang mungkin dicapai, dan segala kebutuhan terpenuhi. Adapun nikmat yang kedua meliputi kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia, kelebihan tubuh seperti kesehatan dan kekuatan, hal-hal yang membawa kesenangan jasmani, seperti harta dan kekuasaan, dan hal-hal yang membawa sifat keutamaan seperti pertolongan dan lindungan dari Allah SWT.
4. Sabar
Yang terakhir atau yang Keempat dari tanda keimanan seseorang yaitu sabar. Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan atau mengekang.
Secara istilah sabar yaitu menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Sabar merupakan bagian yang penting dari iman. Dalam hadits yang diriwayatkan oieh Abu Nu’aim, Rasulullah SAW bersabda bahwa sabar adalah sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi iman sangat penting, seperti kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji.
Nabi SAW melukiskan sabar sebagai barang yang sangat bernilai tinggi di surga. la juga pemah berkata, “sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar” (HR. At-Tirmidzi).
5. Ridha dengan Keputusan Allah
Ridha berarti menerima keputusan kalah atau menang dengan hati yang lapang. Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, maka terima dengan hati yang lapang, dan merasa itu lebih baik daripada menang. Seorang ulama tasauf, Ibnu Athaillah Sakandari menyatakan: “Keridhaan adalah mengarahkan perhatian hati kepada ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan ketidaksenangan“. Seorang ulama yang lain, Ruwaim menyatakan:’ Keridhaan adalah tenangnya hati dalam menjalani ketetapan Allah. “
Pernah suatu hari khalifah Umar bin Khattab menulis surat kepada gubernur Abu Musa al Asyari: “Segala kebaikan terletak di dalam keridhaan. Malah jika engkau mampu jadilah orang yang ridha; dan jika engkau tidak mampu, maka jadilah orang yang sabar“
Tanda Orang Beriman (Al Anfal 2-4)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia." (QS.Al Anfal 2-4)
Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah:
Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya Mereka selalu bertawakal Kepada Allah Mendirikan Shalat
Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)
Itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya. Yang jadi renungan buat kita adalah sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau atau bahkan menangis ketika disebut ayat-ayat Al Quran? atau justru kita tertawa terbahak-bahak padahal Al Quran menceritakan betapa pedihnya Azab Allah itu? semua jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing, mari kita introspeksi/ muhasabah / evaluasi diri kita sebelum Allah yang turun tangan untuk mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti.

E.  Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah:
1.     Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2.    Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia.
3.    Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4.    Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

F.  Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa.
Keimanan pada ke-Esaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tahuid yang membahas tentang keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan amal dan ibadah manusia. Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid toritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang wajib disembah hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah.
Dalam ajaran Islam yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menegakan tahuid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dengan pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatannya. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjahui larangannya.
G.  Iman dan taqwa manfaatnya dalam kehidupan
Pengertian berlandaskan keimanan dan ketakwaan ialah masalah keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya hanya dapat terwujud secara baik dan sempurna apabila usaha tersebut berdasarkan atas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, faktor agama atau Ketuhanan memainkan peranan yang besar dalam pengertian kesehatan mental.
Pengertian bertujuan untuk kehidupan yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat adalah kesehatan mental bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik, sejahtera, dan bahagia bagi manusia secara lahir dan batin, jasmani dan rohani serta dunia dan akhirat.
Pada dasarnya manusia terdiri dari dua subsistem yaitu psikis dan fisik. Kedua subsistem yang menyatu pada manusia ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika salah satu mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagian yang lain. Dari beberapa penelitian ditemukan antara pasien yang sakit secara medis menunjukkan adanya gangguan mental seperti stress, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain.
Sebaliknya orang-orang yang dirawat karena gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fisik, karena itu kondisi kejiwaan atau mental seseorang dapat mempengaruhi fungsi tubuhnya. Seperti misalnya emosi seseorang dapat menambah atau menguarangi rasa sakit yang dideritanya.
Kesehatan jasmani dapat terganggu apabila rohaninya tidak sehat, karena keduanya saling terkait. Contoh apabila rohani terlalu tertekan oleh berbagai masalah duniawi, maka seseorang akan stress. Jika sudah begini maka gejala awalnya adalah migraine, tubuh panas atau demam. Ini menunjukkan adanya keterkaitan antara keduanya.
Moelyono Notosoedirdjo dan Latipun dalam bukunya “kesehatan mental: konsep dan penerapan” mengatakan “Goldberg (1984) mengungkapkan terdapat tiga kemungkinan hubungan antara sakit secara fisik dan mental:
1.     Orang yang sakit mental disebabkan oleh sakit fisiknya. Karena kondisi fisknya tidak sehat dia tertekan sehingga menimbulkan akibat sekunder berupa gangguan seara mental.
2.    Sakit fisik yang dideritanya itu sebenarnya gejala dari adanya gangguan mental.
3.    Antara gangguan mental dan sakit secara fisik adanya saling menopang, artinya bahwa orang menderita secara fisik menimbulakn gangguan secara mental dan gangguan mental itu turut memperparah sakitnya.

Jadi jelaslah bahwa bahwa kesehatan fisik dan mental itu saling berhubungan. Artinya jiak satu terganggu akan mengganggu yang lain.
Maka dari itu untuk menemukan keseimbangan antara jiwa dan raga atau ingin sehat lahir dan batin maka seseorang itu harus memiliki empat pilar antara lain:
a.    Sehat secara jasmani
b.    Sehat secara kejiwaan
c.    Sehat secara social
d.    Sehat secara spiritual

Bentuk-bentuk ketaqwaan dan kaitannya dengan kesehatan

1.     Taubat
Ditinjau dari kesehatan mental, taubat dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan.
Dalam perawatan kejiwaan, terdapat pengobatan dengan catharsis. Dalam pengobatan tersebut, penderita mengungkap sikap, perasaan berdosa, dan perasaan bersalahnya kepada konsultan. Dengan demikian, penderita merasa lega kerena sikap dan perasaannya diperhatikan, didengar, dipahami, dan diterima konsultan. Dengan demikian, penderita memperoleh kelegaan batin karena sikap dan perasaan yang menyebabkan timbulnya konflik batin dapat diungkapkan. Dengan pertemuan beberapa kali, penderita dapat mengalami kesembuhan karena tidak ada lagi sikap dan perasaan yang menimbulkan kegoncangan jiwa.

2.    Sabar dan syukur
Ditinjau dari kesehatan mental, sabar dan syukur dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Salah satu tujuan dari perawatan jiwa adalah membantu penderita dalam mengendalikan dirinya.
Pengendalian diri berarti mengendalikan keinginan, dorongan, perasaan, dan emosi, baik yang bersifat fisik biologis, social-ekonomi, dan psikis. Pribadi yang tidak terkendali memungkinkan timbulnya kepincangan, ketidakadilan, serta kesengsaraan diri dan orang lain. Biasanya seseorang yang tidak mampu mengendalikan diri adalah seseorang yang terserang gangguan kejiwaan seperti, penyesalan dan ketidaktenangan hidup. Sebaiknya seseorang yang mampu mengendalikan dirinya secara kejiwaan adalah seseorang yang memiliki kepuasan dan ketenangan jiwa.
Pengendalian diri dalam bahasa agama dapat diibaratkan sebagai pengendalian godaan hawa nafsu (setan dan iblis). Dengan melatih diri melalui penanaman sifat sabar dalam jiwa, seseorang yang tertimpa kemalangan atau musibah, jiwanya tidak akan terlalu terbebani oleh kesedihan dan kekecewaan. Dengan memiliki sifat sabar, mental seseorang akan selalu seimbang dan jiwanya tidak mudah labil baik disaat dapat kesenangan maupun musibah. Orang yang selalu bersabar hatinya selalu tenang dan tentram yang merupakan tujuan dari mental dan jiwa yang sehat yang terhindar dari rasa ambisius yang tinggi akan sesuatu yang dapat menimbulkan agresi.

3.    Takut (Khauf)
Ditinjau dari kesehatan mental, sifat takut dan harap kepada Allah dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Diantara tujuan perawatan jiwa adalah pengobatan kegoncangan kelakuan yang diderita seseorang sehingga menghalanginya untuk menyesuaikan diri. Tujuan tersebut antara lain dapat dicapai dengan usaha menghilangkan rintangan yang menghambat pertumbuhan jiwa yang sehat, seperti sifat tercela.
Dengan demikian, penderita dapat dibantu dalam mengobati keguncangan jiwa dan kesembuhan bias diperoleh.

4.    Tawakkal
Ditinjau dari kesehatan mental, tauhid dan tawakkal dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Perawatan jiwa menghendaki agar setiap penderita dapat menentramkan batinnya dengan jalan kembali kepada agama (Allah). Dengan demikian, ia dapat mempercepat proses perawatan jiwa dan memperoleh kesembuhan karena terdapatnya hubungan yang sangat erat antara gangguan kejiwaan dan perawatannya dengan agama.
5.    Kasih sayang dan ridha
Ditinjau dari kesehatan mental, hubah, rindu, intim, dan ridha dapat berfungsi sebagai penyembuh gangguan atau penyakit mental. Dalam kesehatan mental, kasih sayang atau cinta merupakan salah satu kebutuhan jiwa manusia yang mendasar yang berpengaruh besar dalam perawatan jiwa. Kehilangan kasih saying dapat menyebabkan seseorang menderita, sebaliknya memperoleh kasih sayang dapat membuat seseorang bahagia.
Kebutuhan akan kasih saying antara lain dapat dipenuhi dengan pergaulan yang baik dalam masyarakat. Dengan demikian, seseorang yang menderita dapat terpenuhi kasih sayangnya sehingga mendapatkan ketenangan jiwa kerena kebutuhan pokoknya dapat terpenuhi melalui hubungan manusiawi yang baik.

6.    Niat, ikhlas, dan benar
Ditinjau dari kesehatan mental, niat, ikhlas, dan benar dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Perawatan kejiwaan menghendaki agar penderita mampu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain karena kejujuran amat besar artinya dalam memperoleh kesehatan mental. Dengan sifat jujur, seseorang dapat bersikap objektif dalam mengenal dan menerima keadaan dirinya serta mengendalikan dan menjaga keseimbangan dirinya.

7.    Muraqabah dan Muhasabah
Ditinjau dari kesehatan mental, niat, ikhlas, dan benar dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Perawatan kejiwaan menghendaki agar penderita mampu bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain karena kejujuran amat besar artinya dalam memperoleh kesehatan mental. Dengan sifat jujur, seseorang dapat bersikap objektif dalam mengenal dan menerima keadaan dirinya serta mengendalikan dan menjaga keseimbangan dirinya.

8.    Tafakkur
Ditinjau dari kesehatan mental, tafakur dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan.
Perawatan kejiwaan menghendaki agar penderita berkemampuan dalam mengadakan istibshar (pengamatan) terhadap dirinya kerena bermanfaat besar dalam pengobatan kejiwaan. Dengan istibshar, seseorang akan dapat mengenal dan mengerti dengan baik keadaan dirinya. Penderitaan kejiwaan harus dibiasakan melakukan istibshar, sehingga ia mampu menyesuaikan diri dengan cara yang baru dan menyusun kembali kepribadiannya. Dengan demikian, penderita dapat memperoleh ketenangan jiwa kerena ia dapat mengenal dan memandang dirinya secara objektif, bebas dari konflik, serta sikap dan perasaan yang menekan dalam penyesuaian diri.

9.    Zikrul maut
Ditinjau dari kesehatan mental, zikrul maut dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan.
Diantara tujuan perawatan kejiwaan adalah pengendalian emosi karena emosi yang tidak terkendali dapat membuat kondisi jiwa terganggu. Salah satu emosi jiwa yang dapat membuat kondisi jiwa terganggu adalah rasa takut akan kematian. Rasa takut mati ini merata di kalangan manusia dan tampak jelas ketika terjadi peperangan. Untuk memperoleh ketentraman jiwa, seseorang harus mengendalikan emosi rasa takutnya. Jalan yang dapat ditempuh untuk mengendalikan ketakutan akan mati adalah memberikan pengertian tentang masalah kematian itu sendiri. Dengann demikian, rasa takut dapat dikendalikan dan dapat disembuhkan.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya.
Mereka akan memperolah beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-Nya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.
3.2 Saran
Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya meningkat. Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga
Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup. 
DOWNLOAD MATERI LAIN YANG TELAH KITA BAHAS MELALUI LINK INI: http://www.4shared.com/rar/UqFmuznKce/materi_kuliah.html

Penjelasan tentang birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua)

بسم الله الرحمن الرحيم { وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِن...