Kamis, 11 Mei 2017

fikih - bahasan sederhana tentang akikah



بسم الله الرحمن الرحيم
AKIKAH/AQIQAH
1.   Pengertian akikah
والعقيقة مستحبة وهي : الذبيحة عن المولود يوم سابعه ويذبح عن الغلام شاتان وعن الجارية شاة ويطعم الفقراء والمساكين
Akikah menurut bahasa adalah nama rambut yang ada di kepala bayi yang dilahirkan ketika ia dilahirkan.
Sedangkan menurut istilah syariat, Akikah adalah hewan yang disembelih dihari ketujuh dari lahirnya seorang bayi.

2.   Waktu pelaksanaan akikah
Akikah sudah boleh dilakukan ketika bayi sudah seutuhnya dilahirkan. Jadi, jika bayi tersebut bayu keluar setengah, maka akikahnya masih belum disunnahkan.
Akikah yang lebih baik dilakukan pada hari ketujuh dari lahirnya bayi.
Setelah membaca bismillah, orang yang menyembelih akikah disunnahkan membaca doa:
اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ عَقِيقَةُ فُلَانٍ
atau
اللَّهُمَّ لَكَ وَإِلَيْكَ عَقِيقَةُ فُلَانٍ
atau
اللَّهُمَّ هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلَانٍ
Orang yang menyembelih tadi berkata “bismillahirrahmanirrahim, ya Allah, ini adalah akikahnya …. (nama anak)”

3.   Hukum Melaksanakan akikah
Akikah hukumnya adalah sunnah muakkad artinya sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan berdasarkan hadits:
حَدِيث سَمُرَة بن جُنْدُب قَالَ قَالَ رَسُول الله صَلَّى الله تَعَالَى عَلَيْهِ وَسلم الْغُلَام مُرْتَهن بعقيقته يذبح عَنهُ فِي الْيَوْم السَّابِع ويحلق رَأسه وَيُسمى رَوَاهُ الْأَرْبَعَة وَالْحَاكِم وَالْبَيْهَقِيّ
“dari Samrah bin Jundub beliau berkata: Rasulullah Saw, bersabda ‘seorang anak itu tergadaikan dengan akikahnya. disembelih karenanya (hewan akikah) di hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama” (diriwayatkan oleh empat orang imam dan al-Hakim serta al-Baihaqi)
Maksud dari anak tersebut tergadaikan adalah bahwa anak tersebut jika ia mati dalam keadaan masih kecil, mak ia tidak dapat menolong orang tuanya di hari kiamat nanti sebagaimana keterangan dalam kasyful misykal.[1]

4.   Kesunnahan-kesunnahan pada hari ketujuh dari kelahiran bayi
Kesunnahan-kesunnahan di hari ketujuh dari lahirnya bayi adalah:
-      Memberinya nama
Disunnahkan memberi nama anak di hari ketujuh dari hari kelahirannya, akan tetapi juga diperbolehkan jika diberi nama sebelum hari ketujuh tersebut.
Imam an-Nawawi berpendapat bahwa kesunnahan dalam memberi nama adalah pada waktu setelah dilahirkan dan hari ketujuh yang keduanya adalah berdasar pada hadits yang shohih.
Disunnahkan untuk memberikan nama yang baik kepada anak yang dilahirkan berdasarkan hadits:
إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فحسنوا أسماءكم (رواه البخاري)
“Sesungghunya kalian akan dipanggil dihari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka perbaguslah nama-nama kalian” (H.R Bukhori)
Nama terbaik yang dianjurkan Nabi adalah Abdullah dan Abdurrahman berdasarkan sabda Nabi:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إن أحب أسمائكم إلى الله تعالى عبد الله و عبد الرحمن هذا حديث صحيح على شرط الشيخين
Rasulullah Saw, bersabda “sesungguhnya nama yang paling disukai oleh Allah dari nama kalian adalah Abdullah dan Abdurrahman” (derajat hadits ini shohih menurut kriteria yang ditetapkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim)
Disunnahkan pula mengubah nama orang yang tidak baik sebagaimana dalam hadits yang tercantum dalam Mughnil Muhtaj:
وَيُسَنُّ أَنْ تُغَيَّرَ الْأَسْمَاءُ الْقَبِيحَةُ وَمَا يُتَطَيَّرُ بِنَفْيِهِ لِخَبَرِ مُسْلِمٍ { أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيَّرَ اسْمَ عَاصِيَةَ وَقَالَ أَنْتِ جَمِيلَةٌ } .
Disunnahkan mengubah nama yang jelek seperti sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi “sesungguhnya Nabi Sallahllahu alaihi wa sallam mengubah nama ‘asiyah’ dan berkata kamu adalah Jamilah”
Asiyah dalam bahasa Arab artinya adalah orang yang bermaksiat atau orang yang durhaka, sedangkan Jamilah adalah wanita yang cantik.
Dimakruhkan memberi nama yang buruk kepada anak seperti contoh: syaiton, himar (keledai), dan lain sebagainya. Boleh memberi nama anak dengan nama para Nabi maupun nama para malaikat.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَخَرَجَ اللَّهُ تَعَالَى أَهْلَ التَّوْحِيدِ مِنْ النَّارِ وَأَوَّلُ مَنْ يَخْرُجُ مَنْ وَافَقَ اسْمُهُ اسْمَ نَبِيٍّ حَتَّى إذَا لَمْ يَبْقَ مَنْ وَافَقَ اسْمُهُ اسْمَ نَبِيٍّ قَالَ أَنْتُمْ الْمُسْلِمُونَ وَأَنَا السَّلَامُ وَأَنْتُمْ الْمُؤْمِنُونَ وَأَنَا الْمُؤْمِنُ فَيُخْرِجُهُمْ مِنْ النَّارِ بِبَرَكَةِ هَذَيْنِ الِاسْمَيْنِ
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata bahwa di hari kiamat nanti, Allah akan Mengeluarkan ahli tauhid dari neraka, dan orang yang pertama kali keluar adalah orang-orang yang namanya sama dengan nama Nabi. sampai orang-orang yang namanya seperti nama Nabi ini habis. Lalu Allah Berkata ‘kalian adalah muslimun dan Aku (Allah) adalah As-Salam, kalian adalah al-mukminun dan Aku adalah Al-Mukmin’ lalu dengan berkah dua Nama ini, mereka dikeluarkan dari neraka”
Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas
وعنه أنه قال: إذا كان يوم القيامة نادى مناد: ألا ليقم من اسمه محمد فليدخل الجنة كرامة لنبيه محمد
“di hari kiamat, akan ada suara yang memanggil ‘hendaklah berdiri orang-orang yang bernama Muhammad, maka hendaklah ia masuk ke dalam surga sebagai penghormatan kepada Nabi-Nya Muhammad”
Diharamkan memberi julukan kepada seseorang dengan julukan yang dibenci olehnya. Akan tetapi kita diperbolehkan untuk menyebut julukannya yang jelek tadi apabila orang tidak mengenal dia kecuali dengan julukan tersebut.
Sebaliknya tidak ada larangan dalam Islam untuk menjuluki seseorang dengan julukan yang baik.

5.   Mencukur Rambut bayi
Disunnahkan mencukur seluruh rambut bayi yang baru lahir di hari ketujuh dari hari kelahirannya, yang hal ini dilakukan setelah selesainya penyembelihan hewan akikah.
Dalam kitab al-Majmu’ disebutkan bahwa disunnahkan pula untuk mencukur seluruh rambut bayi, baik itu bayi laki-laki maupun perempuan, lalu bersedekah emas seberat timbangan rambut bayi tersebut. Jika tidak mampu dengan emas, boleh dengan perak.[2]

6.   Pelaksanaan akikah
Biaya akikah ditanggung oleh orang yang menanggung nafkah bayi yang dilahirkan.
Jika bayi tersebut adalah laki-laki, maka akikahnya adalah dua kambing yang sama. Sedangkan jika bayi tersebut adalah perempuan, maka akikahnya adalah dengan satu ekor kambing. Hal berdasarkan sabda Nabi yang diriwayatkan dari siti Aisyah Ra.
عَن عَائِشَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قَالَت : «أمرنَا رَسُول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم - أَن نعق عَن الْغُلَام بشاتين وَعَن الْجَارِيَة بِشَاة». هَذَا الحَدِيث صَحِيح رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ وَابْن مَاجَه وَابْن حبَان وَالْبَيْهَقِيّ
“Dari Aisyah ra, beliau berkata bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berakikah untuk bayi laki-laki dengan dua kambing dan untuk bayi perempuan dengan satu kambing” (H.R At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi)
Akikah adalah ibadah sunnah, maka dari itu orang yang berakikah dilarang mengambil harta bayi yang dilahirkan sebagai biaya akikah.
Seandainya walinya tidak memiliki biaya untuk berakikah ketika anak tersebut dilahirkan akan tetapi ia baru mampu untuk berakikah sebelum hari ketujuh dari kelahiran bayi, maka akikah tersebut masih disunnahkan.
Batas waktu akikah adalah sampai anak tersebut mencapai usia baligh. Apabila sudah baligh, maka anak tersebut boleh mengakikahi dirinya sendiri.
Jika bayi tersebut sudah meninggal sebelum hari ketujuh, tetap disunnahkan untuk diakikahi. Ataupun setelah tujuh hari, juga masih diperbolehkan untuk mengakikahi anak tersebut.[3]

7.   Peruntukan daging akikah
Hewan yang diakikahi syaratnya sama seperti hewan kurban. Begitu pula dalam hukum memakan dan menyedekahkannya kepada fakir miskin. Akan tetapi untuk hewan akikah, yang bagus adalah dimasak seperti layaknya walimah. Berbeda dengan daging kurban.
Disunnahkan agar daging akikah dimasak dengan manis dengan harapan agar anak yang diakikahi akan tumbuh dengan akhlak yang baik.
Disunnahkan pula untuk tidak memecah tulang dari hewan yang telah disembelih untuk akikah, dengan harapan agar anak tersebut selamat. Dianjurkan agar tulang tersebut dipotong dipersendiannya.
Namun tidak dimakruhkan apabila tulang hewan tersebut dipecah.

8.   Tambahan
Disunnahkan agar bayi yang baru dilahirkan untuk diadzani ditelinga kanannya dan iqamah ditelinga kirinya. Berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Sunni:
«من ولد لَهُ مَوْلُود فَأذن فِي أُذُنه الْيُمْنَى وَأقَام فِي الْيُسْرَى لم تضره أم الصّبيان»
“barang siapa yang baru mendapat bayi yang dilahirkan, maka diadzani di telinganya yang kanan dan diiqamahkan ditelinganya yang kiri, tidaklah ummu sibyan akan dapat mengganggunya”
Maksudnya adalah ia tidak akan diikuti oleh jin. Selain itu tujuan dari adzan ini adalah agar kalimat pertama yang masuk dalam telinganya ketika ia datang ke dunia adalah kalimat tauhid sebagaimana ketika ia akan meninggalkan dunia ini kelak.
Hendaknya bayi yang baru dilahirkan itu dimamahkan kurma, baik itu bayi laki-laki ataupun bayi perempuan, dibuka mulutnya lalu dimasukkan sampai mamahan itu sampai pada tenggorokannya.


[1] كشف المشكل من حديث الصحيحين (ص: 1124) وقد اختلف العلماء في معنى ارتهانه بعقيقته فقال أبو سليمان أجود الوجوه ما ذهب إليه أحمد بن حنبل فإنه قال هذا في الشفاعة إن لم يعق عنه فمات طفلا لم يشفع في والديه
[2] المجموع (8/  432) يستحب حلق رأس المولود يوم سابعه قال أصحابنا ويستحب أن يتصدق بوزن شعره ذهبا فان لم يفعل ففضة سواء فيه الذكر والانثى هكذا قاله أصحابنا واستدلوا له بحديث رواه مالك والبيهقي
[3] تحفة المحتاج في شرح المنهاج (41/  180)
( قَوْلُهُ بِشَرْطِ يَسَارِ الْعَاقِّ إلَخْ ) عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَلَوْ كَانَ الْوَلِيُّ عَاجِزًا عَنْ الْعَقِيقَةِ حِينَ الْوِلَادَةِ ثُمَّ أَيْسَرَ بِهَا قَبْلَ تَمَامِ السَّابِعِ اُسْتُحِبَّ فِي حَقِّهِ وَإِنْ أَيْسَرَ بِهَا بَعْدَ السَّابِعِ مَعَ بَقِيَّةِ مُدَّةِ النِّفَاسِ أَيْ أَكْثَرِهِ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ لَمْ يُؤْمَرْ بِهَا وَفِيمَا إذَا أَيْسَرَ بِهَا بَعْدَ السَّابِعِ فِي مُدَّةِ النِّفَاسِ تَرَدُّدٌ لِلْأَصْحَابِ وَمُقْتَضِي كَلَامِ الْأَنْوَارِ تَرْجِيحُ مُخَاطَبَتِهِ بِهَا وَلَا يَفُوتُ عَلَى الْوَلِيِّ الْمُوسِرِ بِهَا حَتَّى يَبْلُغَ الْوَلَدُ فَإِنْ بَلَغَ يَحْسُنُ لَهُ أَنْ يَعُقَّ عَنْ نَفْسِهِ تَدَارُكًا لِمَا فَاتَ ا هـ .
مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج (18/  153)
تَنْبِيهٌ : لَوْ كَانَ الْوَلِيُّ عَاجِزًا عَنْ الْعَقِيقَةِ حِينَ الْوِلَادَةِ ثُمَّ أَيْسَرَ بِهَا قَبْلَ تَمَامِ السَّابِعِ اُسْتُحِبَّتْ فِي حَقِّهِ ، وَإِنْ أَيْسَرَ بِهَا بَعْدَ السَّابِعِ مَعَ بَقِيَّةِ مُدَّةِ النِّفَاسِ أَيْ أَكْثَرِهِ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ لَمْ يُؤْمَرْ بِهَا ، وَفِيمَا إذَا أَيْسَرَ بِهَا بَعْدَ السَّابِعِ فِي مُدَّةِ النِّفَاسِ تَرَدُّدٌ لِلْأَصْحَابِ ، وَمُقْتَضَى كَلَامِ الْأَنْوَارِ تَرْجِيحُ مُخَاطَبَتِهِ بِهَا ، وَلَا يَفُوتُ عَلَى الْوَلِيِّ الْمُوسِرِ بِهَا حَتَّى يَبْلُغَ الْوَلَدُ ، فَإِنْ بَلَغَ سُنَّ أَنْ يَعُقَّ عَنْ نَفْسِهِ تَدَارُكًا لِمَا فَاتَ ، وَمَا قِيلَ إنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ النُّبُوَّةِ قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ بَاطِلٌ وَيُسَنُّ أَنْ يُعَقَّ عَمَّنْ مَاتَ قَبْلَ السَّابِعِ أَوْ بَعْدَهُ بَعْدَ أَنْ تَمَكَّنَ مِنْ الذَّبْحِ .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penjelasan tentang birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua)

بسم الله الرحمن الرحيم { وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِن...