بسم
الله الرحمن الرحيم
Sholat witir dianjurkan
berdasarkan hadits:
ومن
حديث أبي إسحاق أيضا عن عاصم بن ضمرة عن علي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
"أوتروا يا أهل القرآن فإن الله وتر يحب الوتر".
“Sholat
witirlah wahai ahli al-Qur’an. Karena sesungguhnya
ALLAH itu ganjil dan menyukai yang ganjil”.
Dalam
madzhab Abu Hanifah sholat witir ini dihukumi wajib.
Dalil yang digunakan beliau adalah hadits:
ان
النبي صلى الله عليه وسلم قال إن الله زادكم صلاة الا وهى الوتر فصلوها من صلاة العشاء إلى طلوع
الفجر
Sesungguhnya
Nabi Saw, bersabda: “sesungguhnya ALLAH menambahkan terhadap kalian satu
sholat, ketahuilah bahwa sholat
itu adalah witir. Maka sholatlah kalian terhadapnya (waktunya) sejak sholat
isya’ sampai terbitnya fajar”.
Hadits
ini menurut Imam Abu Hanifah adalah perintah, sedangkan hukum asal perintah
adalah wajib. Hanya saja meski demikian orang
yang mengingkari wajibnya sholat witir ini tidak dihukumi kufur menurut
kesepakatan ulama Hanafiyah dikarenakan dalil kewajibannya bersandarkan pada
hadits ahad.
Imam
Abu Hanifah menguatkan dalil kewajiban witir
berlandaskan hadits:
" اَلْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ , مَنْ أَحَبَّ أَنْ
يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ , وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ
, وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ "
Dan
Hadits:
"
اَلْوِتْرُ حَقٌّ, فَمَنْ لَمْ يُوتِرْ فَلَيْسَ مِنَّا "
Sedangkan hukum sholat witir menurut jumhur
(mayoritas) ulama adalah sunnah berdasarkan hadits:
وفي
حديث الأعرابي في حديث طلحة بن عبيد الله في الخمس صلوات هل على غيرها يا رسول الله
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "لا إلا أن تطوع"
Seorang a’robiy (orang Arab pedalaman) datang
kepada Nabi bertanya tentang sholat yang diwajibkan padanya maka Rosulullah
bersabda “lima waktu sholat” kemudian a’robiy tadi berkata lagi “apakah ada
kewajiban lain terhadapku?” Rosulullah menjawab “tidak ada, kecuali apabila
engkau mau sholat sunnah”
Dalil kedua:
وذهب
الجمهور إلى أنه ليس بواجب مستدلين بحديث عليّ رضي الله عنه: "الوتر ليس بحتم
كهيئة المكتوبة ولكنه سنة سنها رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم"
Mayoritas ulama yang berpendapat bahwa witir
itu sunnah adalah berlandaskan pada ucapan sayidina Ali ra: “witir itu bukan
merupakan kewajiban sebagaimana sholat fardlu, akan tetapi ia adalah sunnah
yang disunnahkan oleh Rosulullah Saw”
عن ابن عمر أنه كان يوتر على بعيره
Diceritakan dari Ibnu
Umar bahwa sesungguhnya Nabi Saw, sholat witir di atas untanya.
Dalam madzhab Syafi’i
sholat witir paling sedikit dilakukan sebanyak satu roka’at dan paling banyak sebelas
roka’at. Bilangan dalam sholat witir adalah ganjil, so, boleh satu, tiga, lima,
tujuh, Sembilan, atau dan paling banyak adalah sebelas.
Bagi orang yang berniat
mengerjakan lebih dari satu rokaat, yang lebih baik baginya agar setiap usai
dua roka’at untuk salam terlebih dahulu lalu yang terakhir satu roka’at
untuk satu salam. Seandainya apabila seseorang hendak melakukan sholat witir
hanya tiga roka’at misalnya, maka yang lebih baik baginya adalah setelah
dua roka’at salam terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan satu roka’at. Akan tetapi
diperbolehkan baginya apabila ia melakukan tiga roka’at dengan sekali salam
akan tetapi pada roka’at kedua tidak boleh ada tasyahhud agar tidak serupa
dengan sholat maghrib.
Kesempurnaan terendah
dalam melaksanakan witir adalah dengan melakukan tiga roka’at, yang berarti
akan lebih baik jika lima, lalu tujuh, lalu Sembilan, dan yang terbaik adalah
sebelas.
Jumlah sebelas roka’at
adalah jumlah terbanyak untuk sholat witir berdasarkan hadits dari siti Aisyah
ra.
عن
سعيد بن أبي سعيد المقبري عن أبي سلمة بن عبد الرحمن بن عوف أنه سال عائشة زوج
النبي صلى الله عليه وسلم كيف كانت صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان
فقالت ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى
عشرة ركعة
Diceritakan dari Abdurrahman bin ‘Auf ra,
beliau bertanya pada siti Aisyah ra (istri Rosulullah Saw) tentang bagaimana
sholat Rosulullah Saw, di bulan Romadlon? Maka beliau (siti Aisyah) menjawab:
“Tidaklah Rosulullah Saw, sholat lebih dari 11 roka’at di bulan Romadlon dan
tidak pula diselain bulan Romadlon”.
Sebenarnya tiap jumlah roka’at sholat witir
ada dalilnya, namu untuk mempersingkat hanya dalil di atas yang dapat
dikemukakan.
v
Waktu pelaksanaan sholat witir
Waktu pelaksanaan
sholat witir adalah setelah sholat isya’ dan batas akhirnya adalah terbitnya fajar
shodiq (sholat subuh), jadi apabila seseorang sholat witir sebelum sholat isya’
baik itu sengaja ataupun lupa, maka sholat witirnya dianggap tidak sah.
Untuk waktu
ikhtiar pelaksanaannya menurut madzhab Syafi’ie adalah hingga separuh malam
sedangkan jika melebihi dari waktu tersebut hukumnya adalah jawaz (boleh),
artinya jika dilaksanakan pada waktu ikhtiar akan lebih baik.
Disunnahkan
menjadikan sholat witir sebagai akhir dari sholat malam walaupun tidur terlebih
dahulu berdasarkan hadits Bukhori-Muslim:
{
اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ مِنْ اللَّيْلِ وِتْرًا }
“Jadikanlah sholat witir sebagai akhir dari sholat malam
kalian”
Apabila seseorang hendak melakukan sholat
witir dan tahajjud, maka ia tahajjud terlebih dahulu barulah kemudian sholat
sunnah witir. Namun apabila tidak, maka ia sholat witir setelah sholat isya’
dan setelah sholat sunnah rawatib ba’diyah isya’.
Sholat witir lebih baik dilakukan setelah
tidur terlebih dahulu apabila ia yakin ia bisa bangun malam. Namun apabila ia
tidak yakin bisa bangun malam, maka lebih baik langsung sholat witir. Hal ini
berdasarkan hadits:
لِخَبَرِ
مُسْلِمٍ : { مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ آخِرَ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ
، وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ
صَلَاتَهُ آخِرَ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ.
“Barang siapa yang tidak bisa bangun di akhir
malah maka hendaklah ia witir di awalnya, dan barang siapa yang bisa bangun di
akhir malam, maka hendaknya ia sholat witir di akhir malam. Karena sesungguhnya
sholatnya di akhir malam itu disaksikan (malaikat malam dan malaikat siang”.
Apabila seseorang melakukan sholat witir
sebanyak tiga roka’at, maka disunnahkan pada roka’at pertama membaca surah
al-A’la, pada roka’at kedua membaca surah al-Kafiruun, dan pada roka’at ketiga
membaca surah al-Ikhlas dan al-Muawwadzatain. Bagi orang yang melakukan lebih
dari tiga roka’at juga seharusnya membaca surah-surah tersebut. Dalil bacaan
witir adalah:
بحديث
عائشة أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقرأ في الركعة الأولى من الوتر بفاتحة
الكتاب و { سبح اسم ربك الأعلى } وفي الثانية بـ { قل يا أيها الكافرون } وفي
الثالثة بـ { قل هو الله أحد } والمعوذتين أخرجه أصحاب السنن الأربعة وابن حبان في
" صحيحه " والحاكم في " المستدرك ".
Dari siti Aisyah ra, “sesungguhnya Rosulullah
Saw, membaca surah fatihah dan surah sabbihisma robikal a’la (al-A’la) pada
rokaat pertama sholat witir, dan di rokaat yang kedua dengan qul ya ayyuhal
kaafiruun (al-Kafiruun), dan di roka’at ketiga dengan qul huwallaahu ahad
(al-Ikhlas) serta al-muawwadzatain”.
v
Qunut dalam sholat witir
Dalam kalangaan Syafi’iyah qunnut
dalam sholat witir dihukumi sunnah pada separuh akhir bulan Romadlon
sebagaimana qunut sholat subuh. Menurut pendapat yang lebih shohih ditambahkan
dengan:
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَعِينُكَ
وَنَسْتَغْفِرُكَ , وَنُثْنِي عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَنَشْكُرُكَ وَلاَ
نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إيَّاكَ نَعْبُدُ
وَلَكَ نُصَلِّي , وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ
وَنَخْشَى عَذَابَكَ إنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ.
v
Dzikir setelah sholat
witir
Disunnahkan setelah witir untuk
membaca
سبحان الملك القدوس (3x)
Dan pada bacaan yang ketiga,
suaranya dipanjangkan.
Dalil dzikir ini adalah
berdasarkan hadits:
عن الأعمش، عن طلحة الإيامي، عن ذَر، عن سعيد
بن عبد الرحمن بن
أبزى، عن أبيه، عن أ بي بنَ كعبٍ قال: كان
رسولُ الله إذا سَلمَ في الوترِ
قال: " سُبحانَ الملكِ القُدُوسِ
"
Diceritakan dari Ubay bin Ka’ab
beliau berkata bahwa Rosulullah apabila telah salam (selesai) sholat witir
beliau membaca ‘سُبحانَ الملكِ القُدُوسِ’”
v
Doa setelah sholat witir
Doa setelah sholat witir adalah
"اللهم إني أعوذ برضاك من سخطك وأعوذ بمعافاتك من عقوبتك وأعوذ
بك منك لا أحصي ثناء عليك أنت كما أثنيت على نفسك".
“ya ALLAH,
sesungguhnya aku berlindung dengan ridlo-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung
dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung pada-Mu dari-Mu, tidaklah
aku sanggup memujimu sebagaimana Engkau Memuji diri-Mu atas Engkau sendiri”
Dalil doa ini adalah berdasarkan hadits:
عن
علي أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول في آخر وتره "اللهم إني أعوذ برضاك
من سخطك وأعوذ بمعافاتك من عقوبتك وأعوذ بك منك لا أحصي ثناء عليك أنت كما أثنيت على
نفسك".
Doa pada dasarnya tidak hanya
terbatas harus hanya do’a di atas saja, dan sholat sunnah witir bukan hanya
dikerjakan di bulan Romadlon.
والله اعلم بالصواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar