بسم الله الرحمن الرحيم
Hikmah dan rahasia dibalik aturan syariat
- Manusia dan hewan
Sudah menjadi kodrat bahwa
jenis hewan lebih condong kepada perbuatan buruk dari pada kebaikan. Oleh
karena itulah setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan senjata yang digunakan
untuk melindungi diri.
Beberapa jenis burung misalnya,
dilengkapi dengan cakar dan paruh. Adapula yang melindungi dirinya dengan
tanduk seperti kerbau, banteng, dan sejenisnya. Ada yang melindungi diri dengan
racun seperti kalajengking dan lain sebagainya. Diantara fungsi semua itu
adalah untuk melindungi diri dari musuh meski di sisi lain kadang digunakan
untuk melumpuhkan mangsa.
الانسان
حيوان الناطق
“Manusia adalah jenis hewan yang dapat
berbicara”
Begitulah ungkapan yang pernah
saya dari seorang ustadz. Menurut salah satu sumber disebutkan pula bahwa
manusia diklarifikasi sebagai homo sapiens dalam bahasa latin yang berarti
manusia yang tahu. Manusia adalah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia adalah salah satu dari
jenis hewan, maka manusia menjadikan lisan, tangan, dan senjatanya sebagai
pelindung, serta beberapa alat tempur untuk merusak pertahanan musuh.
Jika kita lihat dari semua
jenis senjata yang digunakan, maka tentu senjata manusia lebih banyak dan lebih
berbahaya karena manusia memiliki kelebihan dibanding dengan jenis hewan
lainnya yaitu adanya akal pikiran.
Potensi kerusakan yang dapat
ditimbulkan oleh manusia akan lebih besar mengingat manusia memiliki akal dan
menggunakan kecerdasannya.
Oleh karena itulah ditetapkan
adanya taklif yaitu perintah dan larangan dari Allah Swt, sebagai rambu-rambu
dan pengatur bagi manusia agar tidak merusak tatanan kehidupan dalam
bermasyarakat. Orang-orang yang dikenakan aturan-aturan ini dinamakan mukallaf.
Aturan-aturan ini adalah agar
manusia sebagai makhluk yang berakal sehat dapat merawat bumi dengan baik. Oleh
karena itu aturan-aturan ini tidak berlaku bagi mereka yang gila atau anak
kecil yang belum mencapai usia baligh karena akalnya masih belum cukup. Dan
aturan-aturan ini tidak pula berlaku bagi hewan lainnya. Aturan-aturan yang
Diberikan oleh Allah adalah melalui perantara para utusan.
- Aturan Allah dan
aturan manusia
Manusia ketika hidup
berkelompok mereka membuat aturan demi aturan dan menjatuhkan hukuman bagi
mereka yang melanggarnya. Akan tetapi ketika manusia membuat aturan, maka pasti
akan ada kekurangan. Oleh karena itu selalu ada revisi dan perbaikan dalam
aturan-aturan yang dibuat manusia.
Berbeda halnya dengan
aturan-aturan yang datang dari langit yang senantiasa sesuai untuk setiap
waktu, setiap keadaan, dan untuk setiap daerah tanpa disertai adanya kekurangan
dan cacat.
Setiap Rasul yang diutus
memiliki syariat yang berbeda-beda namun masing-masing memiliki kesempurnaan
dalam dirinya sendiri. Namun meski demikian, semua syariat yang ada pada
hakikatnya tetap sama yaitu mengajarkan tauhid atau meng-Esa-kan Allah, dengan
mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Wujud dengan segala sifat-Nya Yang
Maha Sempurna.
Dalam al-Qur’an Allah
Berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا
وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
(72) لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ
وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا (73)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh. sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima
taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Ahzab: 72-73)
Mayoritas ulama
bersepakat bahwa yang dimaksud dengan amanah dalam ayat ini adalah taklif
terhadap makhluk. Sesungguhnya Allah telah Menawarkan amanah ini kepada langit,
bumi, dan gunung tetapi semuanya menolak. Penolakan ini adalah wajar karena
mereka tidak memiliki kelayakan dan kesiapan untuk memikul amanah ini. Hanya
mereka yang memiliki akal yang mampu untuk mengemban amanah ini sedangkan
langit, bumi, dan gunung tidak memilikinya sehingga mereka merasa tidak mampu
untuk mengembannya.[1]
Diantara taklif
adalah perintah untuk tidak mencuri, jika seseorang mencuri maka hukumannya
adalah dipotong tangan. Ini akan menjadi peringatan bagi mereka ketika melihat
orang yang telah dipotong tangannya karena mereka pernah mencuri, sehingga
membuat mereka akan berpikir seribu kali untuk melakukan kejahatan yang sama.
Dengan ini pula ketentraman dan keamanan akan terjaga di masyarakat dan
membuatnya menjadi kondusif.
Ketika
seseorang berzina, jika itu zina ghairu muhson maka hukumannya adalah dicambuk
seratus kali untuk laki-laki dan delapan puluh kali jika itu perempuan ditambah
keduanya harus diusir dari kampungnya selama satu tahun. Jika itu adalah zina
muhson maka keduanya harus dirajam sampai mati. Dengan ini, maka seseorang akan
berfikir ulang jika mereka hendak berzina dan tidak ada orang yang melakukan
perzinahan karena adanya hukuman tadi. Dengan ini pula maka tidak ada kerancuan
nasab dalam keturunan karena setiap orang dapat menjaganya dengan baik.
Diantara taklif
yang berasal dari Allah adalah perintah berpuasa yang puasa ini adalah melatih
jiwa dan membersihkannya. Perintah zakat adalah agar kita mau berbagi dan agar
orang-orang kaya bisa berbuat baik kepada orang-orang fakir miskin sehingga
tumbuhlah kelembutan hati.
Diantara taklif
yang berasal dari Allah adalah perintah untuk berhaji bagi mereka yang mampu.
Dalam pelaksanaan ibadah haji ini semua orang berkumpul dalam satu tempat untuk
melaksanakan ibadah haji dengan itu mereka bisa saling kenal dan berjabat
tangan. Dengan ini pula akan menjadi perantara adanya persatuan antar sesama
muslim yang berbeda Negara.
Diantara taklif
juga adalah adanya perintah sholat yaitu supaya seorang hamba berdiri dihadapan
Tuhannya sebanyak lima kali dalam sehari semalam dengan mengakui keagungan
Tuhannya, mengharap pahala dari-Nya dan juga takut akan siksa-Nya. Dengan
menjalankan maka seorang muslim akan merubah sifat kehewanan yang menjadi sifat
malaikat karena sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar
sebagaimana firman Allah:
{ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ } [العنكبوت: 45]
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar” (al-ankabut: 45)
Manusia bisa
adakalanya disamakan dengan para malaikat karena kesuciannya dan ketaatannya
pada perintah Allah, dan adakalanya disamakan dengan hewan karena menuruti hawa
nafsunya.
Manusia
diberikan pilihan oleh Allah untuk melakukan apapun dan Allah Berikan kemudahan
kepada mereka. Jika perbuatan tersebut baik maka dibalas dengan pahala dan jika
buruk maka balasannya adalah dosa.
Allah Berfirman
dalam al-Qur’an:
{
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى* وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْيُسْرَى* وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى* وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى*
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى } [ الليل : 5 -10 ]
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di
jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala
terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (al-Lail:
5-10)
Dari sedikit
paparan di atas setidaknya kita bisa tahu arti taklif, yaitu mengerjakan
perintah-perintah Allah dengan susah payah dan tidak mudah dikerjakan kecuali
bagi mereka yang sudah mempersiapkan diri dan tidaklah kesiapan itu dapat
ditemukan kecuali dalam diri manusia. Karena itulah Allah Memberikan taklif
kepada manusia dan Menjelaskan tentang yang baik dan buruk kepada mereka lalu
mereka bisa memilih mana yang mereka suka.
Allah
Berfirman dalam al-Qur’an:
إِنَّا هَدَيْنَاهُ
السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (3)
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan
yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (al-Insan: 3)
Allah
Berfirman pula:
{ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ } [الزلزلة: 7- 8].
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.” (az-zalzalah: 7-8)
Dari penjelasan
ini kita tahu bahwa dengan adanya taklif ini Allah Menghendaki kebaikan bagi
para hamba-Nya. Akan tetapi mereka yang condong mengikuti hawa nafsunya dan
tertutup hatinya akan kebaikan yang dikehendaki oleh Allah, mereka tidak dapat
menyadarinya.
[1] تفسير ابن كثير (6/ 488) عن ابن عباس: يعني بالأمانة: الطاعة،
وعرضها عليهم قبل أن يعرضها على آدم، فلم يطقنها (3) ، فقال لآدم: إني قد عرضتُ
الأمانة على السموات والأرض والجبال فلم يطقنها (4) ، فهل أنت آخذ بما فيها؟ قال:
يا رب، وما فيها؟ قال: إن أحسنت جزيت، وإن أسأت عوقبت. فأخذها آدم فتحمَّله
Menurut
Ibnu Abbas sebagaimana dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa yang dimaksud amanah
adalah ketaatan kepada Allah. Allah Swt, Menawarkannya kepada langit, bumi, dan
gunung sebelum menawarkannya kepada Nabi Adam as, namun mereka merasa tidak
mampu mananggungnya. Lalu diucapkan kepada Nabi Adam as “sesungguhnya Aku telah
Menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung namun mereka tidak mampu untuk
mengembannya. Apakah kamu (Adam) mau mengambilnya dengan apa yang ada
bersamanya?” Nabi Adam as, lalu bertanya “ya Allah, apakah yang ada di
dalamnya” Allah Swt, Menjawab “jika engkau mengembannya dengan baik maka engkau
akan mendapat balasan (pahala) dan jika engkau mengembannya dengan buruk maka
engkau akan disiksa” Nabi Adam lalu menerima amanah tersebut dan mengembannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar