Minggu, 21 Mei 2017

Riya (pamer dalam ibadah)



LARANGAN BERBUAT RIYA’ DAN DALILNYA
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rosul Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Berikut ini hanyalah sekedar coretan tentang riya’. Semoga bermanfaat.
Rosulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر" كأنه قيل ما هو فقال صلى الله عليه وسلم "الرياء" أخرجه أحمد بإسناد حسن
Rosulullah shallaLLAHu alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya yang paling aku takutkan (menimpa) atas kalian adalah syirik kecil” kemudian dari pernyataan RosuluLLAH ini seakan muncul pertanyaan ‘apakah syirik kecil itu?’ lalu Rosulullah mengatakan “(syirik kecil itu adalah) riya’”
Hadits di atas diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad hasan. Riya’ bisa diartikan pamer dan Riya’ sendiri berarti melakukan sebuah ibadah tapi diniatkan untuk mencari popularitas ataupun berniat agar dipuji manusia.
Riya’ ada dua tingkatan, yaitu: pertama, beribadah kepada ALLAH dengan niat ibadah sekaligus agar dipuji orang lain. Kedua, adalah murni melakukan ibadah hanya agar dipuji orang lain.
Dalam al-Qur’an, ALLAH Berfirman:
{فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً}
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."  (Q.S Al-Kahfi: 110)
Riya’ ini dapat terjadi dengan beberapa macam hal seperti yang dijelaskan dalam kitab subulussalam berikut ini:
واعلم أن الرياء يكون بالبدن وذلك بإظهار النحول والاصفرار ليوهم بذلك شدة الاجتهاد والحزن على أمر الدين وخوف الآخرة وليدل بالنحول على قلة الأكل وبتشعث الشعر ودرن الثوب يوهم أن همه بالدين ألهاه عن ذلك وأنواع هذا واسعة وهو معنى أنه من أهل الدين ويكون في القول بالوعظ في المواقف ويذكر حكايات الصالحين ليدل على عنايته بأخبار السلف وتبحره في العلم ويتأسف على مقارفة الناس للمعاصي والتأوه من ذلك والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر بحضرة الناس والرياء بالقول لا تنحصر أبوابه

Riya’ bisa dengan gerakan tubuh atau anggota badan seperti contoh dengan menguruskan badan, membuat diri seolah tampak pucat, mengusutkan rambut, memakai baju yang usang atau sengaja tidak mencuci bajunya, yang semua itu dilakukan agar seolah membuat mereka tampak sangat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan sangat khawatir akan kehidupan di akhirat mereka, sehingga dengan kesemua itu melalaikan badan mereka sendiri. (Subulussalam, juz 4 hal. 185)
Sebenarnya jenis riya’ dengan anggota badan ini cakupannya luas. Setiap apapun yang dilakukan seseorang dengan maksud agar dia disangka sebagai orang yang taat pada agama, maka ini termasuk perbuatan riya’. Namun yang perlu diingat adalah apabila semua perbuatan ini dilakukan dengan niat yang salah. Lain halnya jika seseorang melakukan kesemua ini memang dengan hati yang ikhlas. Dan semua itu hanya bisa diketahui oleh ALLAH dan hamba itu sendiri.
كم من عمل يتصور بصورة الدنيا فيصير من أعمال الآخرة بحسن النية, وكم من عمل يتصور بصور الآخرة فيصير من أعمال الدنيا بسوء النية (الحديث او كما قال)
“Banyak amal yang yang merupakan pekerjaan duniawi tetapi menjadi amal akhirat (menjadi sebuah ibadah) dikarenakan niat yang bagus. Dan banyak amal yang dilakukan merupakan amal akhirat tetapi menjadi amal duniawi (hilang pahalanya) karena buruknya niat (niat yang salah)”
Artinya pekerjaan duniawi bisa menjadi sebuah ibadah apabila diniatkan dengan baik. Contoh makan adalah pekerjaan duniawi bersifat manusiawi akan tetapi bisa menjadi ibadah apabila ketika ia makan ia berniat dengan makan itu, ALLAH Memberinya kekuatan lalu ia gunakan kekuatan itu untuk beribadah kepada ALLAH. Sedangkan contoh pekerjaan akhirat yang bisa menjadi pekerjaan duniawi saja yang tidak ada pahalanya adalah seperti sholat yang dilakukan hanya untuk mendapat pujian dari orang lain.
Urusan ikhlas adalah urusan sang hamba dengan Tuhannya sehingga tak ada jalan bagi setan untuk mengacaukannya. Godaan setan hanyalah agar manusia tidak ikhlas dalam beribadah.
Riya’ juga bisa melalui lisan seperti contoh memberi nasehat kepada orang lain, memberi ceramah, dan lain sebagainya agar membuat dirinya tampak seperti orang yang luas ilmu agamanya.
Riya’ ini sangat luas sekali cakupannya, hanya bisa kutulis sebagian kecil dari cakupannya. Namun definisi awal yang harus kita ketahui adalah bahwa riya’ merupakan perbuatan atau amal yang dilakukan bukan karena meminta pada ALLAH dengan ikhlas atau bukan beramal karena ALLAH.
Riya’ adalah perbuatan yang berat hukumannya sebagaimana yang tercantum dalam banyak hadits. Dan dalam sebuah hadits Qudsi diceritakan:
وفي الحديث القدسي يقول الله تعالى: "من عمل عملا أشرك فيه غيري فهو له كله وأنا عنه بريء وأنا أغنى الأغنياء عن الشرك"
Dalam sebuah hadits Qudsi ALLAH Mengatakan: “barang siapa yang beramal dengan sebuah amal yang menyekutukanku dalam amal tersebut dengan selain Aku, maka semua amal itu untuk dirinya sendiri dan Aku Berlepas dari amalan itu dan Aku adalah (Dzat) Yang Paling Kaya (tidak butuh) pada kesyirikan itu”
Waduh, agak repot mentranslate ke bahasa Indonesia karena ilmu yang pas-pasan. Dalam hadits Qudsi ini, ALLAH Azza wa Jalla Menjelaskan bahwa setiap amalan yang dilakukan karena riya’, tidak akan mendapatkan apapun dari ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan mereka akan dihinakan diakhirat nanti. Na’udzu biLLAHi min dzalik. Semoga ALLAH Azza wa Jalla Menjadikan kita sebagai orang yang mendapat Belas Kasih dan Rahmat ALLAH. Amin…
Salah satu ahli hikmah (orang sholeh) mengatakan:
من عمل سبعة دون سبعة لم ينتفع بما يعمل اولها ان يعمل بالخوف دون الحذر والثاني ان يعمل بالرجاء دون الطلب والثالث بالنية دون القصد والرابع بالدعاء دون الجهد والخامس بالاستغفار دون الندم والسادس بالعلانية دون السريرة والسابع بالكد دون الاخلاص
“Barang siapa yang berbuat tujuh macam hal tanpa disertai tujuh macam hal, maka perbuatan itu tidak akan ada manfaatnya.
1.     Rasa takut tanpa disertai menjauh dari maksiat
Maksudnya orang yang mengaku takut akan siksa ALLAH, akan tetapi ia tidak pernah menjauhi perbuatan dosa. Maka ucapannya hanyalah ucapan yang tak berguna.
2.    Mengharap pahala dari ALLAH, tanpa disertai usaha
Maksudnya adalah orang yang mengaku mengharap surga ALLAH, mengharap surga ALLAH, akan tetapi orang itu tidak pernah berusaha untuk menggapainya dengan beramal sholih, maka ucapan orang itu hanyalah ucapan sia-sia.
3.    Berniat melakukan kebaikan tanpa disertai keinginan berbuat
Maksudnya adalah orang yang berniat untuk melakukan ketaatan dan kebaikan akan tetapi tidak pernah melakukan tindakan nyata untuk merealisasikan niatnya. Maka niatnya hanyalah sebatas niat yang percuma.
4.    Berdo’a tanpa usaha
Maksudnya adalah ia berdoa agar ALLAH Memberikan pertolongan kepadanya untuk mendapatkan kebaikan akan tetapi ia tidak bersungguh-sungguh beribadah.
5.    Istighfar tanpa disertai penyesalan
Maksudnya orang yang beristighfar tapi tidak pernah menyesali akan dosa-dosanya sehingga tidak ada usaha baginya untuk tak mengulangi perbuatannya.
6.    Beramal baik ditempat terbuka tanpa perilaku serupa ketika sendirian
Maksudnya adalah seseorang yang beramal dengan baik saat di depan orang banyak, akan tetapi beribadah asal-asalan ketika sendirian. Maka amal yang dibagus-baguskannya ketika berada bersama orang lain tidak berguna.
7.    Beribadah dengan sungguh-sungguh tanpa rasa ikhlas
Maksudnya orang yang beribadah kepada ALLAH Azza wa Jalla dengan sungguh-sungguh akan tetapi ia melakukan kesemua itu bukan karena ALLAH, maka amalnya itu sia-sia.
يقول الله يوم القيامة إذا جزى الناس بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراءون في الدنيا فانظروا هل تجدون عندهم جزاء المسند (5/428) وحسنه الحافظ ابن حجر في بلوغ المرام.
Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya al-Musnad meceritakan: Orang-orang yang berbuat riya’ (pamer) ketika di hari kiamat, saat dimana orang-orang akan mendapatkan balasan atas amal mereka. maka akan dikatakan pada orang yang riya’ dalam beramal “pergilah kepada orang-orang yang dulu (sewaktu kamu beramal) kamu mengharap perhatiannya ketika masih di dunia. Maka lihatlah! Adakah kamu mendapat balasan (pahala) darinya”
Ketika hari pembalasan merupakan hari yang tidak ada korupsi, tidak ada ketidak adilan, tidak ada kecurangan, karena ALLAH Yang Menghakimi. Maka ketika ALLAH Menyuruh para pelaku riya’ untuk meminta pahala kepada makhluk, maka tentulah ini adalah penghinaan dan juga sebagai bentuk hukuman dari ALLAH, atas apa yang dahulu pernah mereka lakukan. Na’udzu biLLAHI min dzalik.
Orang-orang yang disuruh oleh ALLAH untuk pergi menemui orang yang mereka berlaku riya’ karenanya agar meminta pahala kepada mereka saja. Ini karena mereka melakukan penipuan dalam ibadah mereka. mereka beramal yang sebenarnya untuk bekal akhirat mereka, akan tetapi sayang, mereka melakukan amal tersebut bukan untuk mendapat ridha ALLAH, melainkan hanya agar dipuji orang lain.
Mereka melakukan penipuan dalam ibadah maka ALLAH Azza wa Jalla akan Membalas tipuan mereka dengan menghapus pahala mereka sehingga sia-sialah amal mereka.
Pahala hanya ALLAH Anugerahkan kepada mereka yang beramal karena hanya mengharap ridha atau balasan dari ALLAH semata.
ALLAH Ta’ala Berfirman:
{ مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا } [الإسراء: 18 ، 19]
Artinya: Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (Q.S. Al-Isra: 18-19)
Dalam Tafsir al-Qurtubi dijelaskan bahwa orang yang beramal dengan menghendaki keuntungan duniawi maka ALLAH Azza wa Jalla akan Memberikannya dengan sesuai kehendak ALLAH. Lalu kemudian di akhirat kelak dia akan dimasukkan kedalam neraka jahannam dalam keadaan terhina dicampakkan oleh ALLAH ke dalam neraka dan dijauhkan dari rahmat ALLAH. (Tafsir al-Qurtubi: Juz 10 hal. 235) 
Artinya orang yang melakukan amal atau ibadah hanya karena untuk kesenangan duniawi mereka, maka ALLAH Azza wa Jalla akan Memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan itu sesuai dengan kehendak ALLAH, bukan dengan kehendak mereka.
ALLAH Azza wa Jalla akan Memberikan apapun kesengan duniawi yang mereka inginkan itu sesuai dengan kadar yang ditentukan oleh ALLAH, dan kesenangan itu bukan menurut ukuran yang mereka harapkan.
Setelah mendapat itu semua, maka ALLAH Mewajibkan mereka untuk masuk kedalam neraka jahannam. Mereka akan menjadi hina dan terhina dihadapan yang lain.
Lalu dari surah al-Isra ayat 19 disebutkan barang siapa yang beramal dengan mengharapkan pahala di akhirat. Beramal dengan amal sholeh yang ikhlas karena ALLAH, sedangkan orang itu adalah orang yang beriman, maka amal mereka diterima oleh ALLAH Azza wa Jalla.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
حدثنا عمرو بن رافع ، حدثنا عبد الله بن المبارك ، عن أسامة بن زيد هو الليثي زيد ، عن سعيد المقبري ، عن أبي هريرة ، قال: قال رسول الله: رب صائم ليس له من صيامه إلاّ الجوع وربّ قائم ليس له من قيامه إلاّ السهر. هذا إسناد صحيح رجاله ثقات رواه النسائي
Artinya: dari Abu Hurairah ra, beliau berkata bahwa Rosulullah bersabda: “banyak orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh apapun dari puasanya kecuali rasa lapar. Dan banyak orang yang sholat malam tapi tidak mendapatkan apapun dari sholat malamnya melainkan tidak tidur malam (begadang)” (H.R. An-Nasa’i)
Artinya ibadah puasa mereka atau sholat malam mereka tidak diterima oleh ALLAH, jika tidak dikerjakan karena ALLAH. (lihat: Tanbih al-Ghofilin, hal. 3, maktabah al-Hidayah)
Sebagian ahli hikmah mengatakan “perumpamaan bagi orang yang melakukan amal ketaatan karena riya’ dan sum’ah, adalah ibarat seorang laki-laki yang keluar untuk pergi ke pasar dan memenuhi kantongnya dengan batu kerikil. Lalu orang-orang akan berkata ‘apa yang dipenuhi oleh laki-laki ini dikantongnya?’ maka apa yang dilakukan oleh laki-laki ini sungguh tidak ada gunanya selain mendapat gosip dari orang sekitarnya. Kalaupun laki-laki tadi bermaksud belanja dengan menggunakan kerikil itu, orang-orang pasti akan menolaknya.
خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم [ذات يوم] (1) فقال: "يا أيها الناس اتقوا هذا الشرك فإنه أخفى من دبيب النمل". فقال له من شاء الله أن يقول: فكيف نتقيه وهو أخفى من دبيب النمل يا رسول الله قال: "قولوا: اللهم إنا نعوذ بك [من] أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه" (المسند)
Masih dalam al-Musnad, diceritakan bahwa suatu hari Rosulullah berkhutbah atau memberikan mau’idzoh, beliau berkata: “wahai sekalian manusia, takutlah kalian pada syirik ini, karena sesungguhnya ia lebih samar dari semut yang merayap”. Maka bertanyalah orang yang dikehendaki ALLAH untuk bertanya “bagaimana caranya kamu waspada terhadap sesuatu yang lebih samar dari semut yang merayap wahai Rosulullah?” maka Rosulullah menjawab “ucapkanlah ‘sesungguhnya aku berlindung kepadamu (ya ALLAH) dari menyekutukan sesuatu amal kami dari-Mu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu dari amal yang kami tidak tahu (bahwa kami sudah menyekutukan-Mu didalamnya)
Kemudian ketika riya’ disebut sebagai syirik yang lebih samar dari pada semut yang merayap, maka tentulah kita sebagai manusia harus sangat berhati-hati dan waspada, apakah amal kita selama ini sudah benar-benar ikhlas kita lakukan ataukah belum.
Jika analogi yang disebutkan Rosul adalah semut, sedangkan semut sendiri hampir tidak akan terlihat oleh manusia dalam keadaan biasa, kecuali jika manusia benar-benar meneliti atau mencari keberadaannya. Dan Rosulullah mengatakan bahwa riya’ ini lebih samar dari pada semut yang merayap.
تفسير ابن كثير (5/  208)
وقال الحافظ أبو بكر البزار: حدثنا عمرو بن يحيى الأيلي، حدثنا الحارث بن غسان، حدثنا أبو عمران الجوني، عن أنس، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "تعرض أعمال بني آدم بين يدي الله، عز وجل، يوم القيامة في صحف مختومة (مختمة) ، فيقول الله: ألقوا هذا، واقبلوا هذا، فتقول الملائكة: يا رب، والله ما رأينا منه إلا خيرًا. فيقول: إن عمله كان لغير وجهي، ولا أقبل اليوم من العمل إلا ما أريد به وجهي".
Al-Hafidz Abu Bakar al-Bazzar menceritakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas Ra, sebagaimana yang tercantum dalam kitab Tafsir Ibn Katsir. Rosulullah bersabda “Semua amal anak Adam (umat manusia) akan ditunjukkan dihadapan ALLAH Azza wa Jalla pada hari kiamat pada sebuah buku yang ditutup. Maka ALLAH Berfirman ‘buanglah (catatan amal) ini dan ambillah (catatan amal) ini’. 

Maka kemudian malaikat pun akan berkata ‘ya ALLAH, kami tidak melihat darinya kecuali kebaikan’ (malaikat heran kenapa ALLAH tidak Berkenan menerima beberapa amal yang tercatat di buku itu). Lalu ALLAH Azza wa Jalla Menjawab ‘sesungguhnya amalnya itu (dilakukan) bukan karena mengharap ridlo-Ku, dan pada hari ini Aku tidak Menerima satu amalpun kecuali yang dilakukan karena mengharap ridlo-Ku’”
Dari hadits ini seandainya ALLAH Memerintah kepada malaikat untuk menghapus amal yang telah dicatat oleh malaikat karena amal itu bukan karena ALLAH, maka memberi indikasi bahwa bahkan malaikatpun tak tahu apakah amal itu adalah benar-benar ikhlas karena ALLAH, ataukah tidak. akan tetapi dalam pengadilan ALLAH Azza wa Jalla, tidak akan ada kecurangan karena ALLAH adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
Meninggalkan sebuah ibadah karena takut riya’ juga merupakan perbuatan riya’.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fudhail bin Iyad ra:
وقال الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى: (ترك العمل من أجل الناس رياء والعمل من أجل الناس شرك والإخلاص أن يعافيك الله منهما) ["الرسالة القشيرية" ص95

Meninggalkan berbuat amal karena manusia adalah perbuatan riya’, melakukan sebuah amal karena manusia adalah syirik, dan ikhlas adalah ketika ALLAH Menjauhkanmu dari keduanya” (Risalah al-Qusyairiyah: hal. 95)
Meninggalkan sedekah misalnya karena takut riya’ ini termasuk perbuatan riya’. Ketika sesorang beribadah semisal sholat, lalu di dalam hati ada bisikan supaya kita sholat dengan baik agar jadi hamba yang shaleh, maka perlu diwaspadai sebab bisikan seperti ini bisa jadi adalah bisikan setan. Seseorang sholat lalu dia berkata dalam hatinya bahwa ia adalah hamba ALLAH yang shaleh, atau bersedekah lalu dalam hatinya ia berkata bahwa ia adalah orang dermawan, ini adalah jebakan setan bisikan setan, yang bisa menejerumuskan seseorang ke dalam sifat riya’.
Seseorang ketika beribadah maka ia beribadah hanya kepada ALLAH dan meminta balasan kepada ALLAH saja, atau bahkan tidak meminta apapun dari ALLAH. Tidak pernah berfikir ia adalah orang yang taat hanya karena ibadah yang dilakukan. Ia hanya berfikir bahwa semua ibadah yang dilakukan hanyalah bentuk rasa syukur tanpa merasa lebih baik dari orang lain.
وقال أبو يعلى: حدثنا محمد بن أبي بكر، حدثنا محمد بن دينار، عن إبراهيم الهجري عن أبي الأحوص، عن عوف بن مالك، عن ابن مسعود، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من أحسن الصلاة حيث يراه الناس وأساءها حيث يخلو، فتلك استهانة استهان بها ربه، عز وجل".
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud beliau mengatakan bahwa Rosulullah bersabda “barang siapa yang mebaguskan sholatnya saat dilihat orang lain dan memperburuk sholatnya (sholat asal-asalan) ketika sendirian, maka itu termasuk meremehkan terhadap Tuhannya (ALLAH)  Azza wa Jalla”.
Mungkin hadits di atas cukup untuk menggambarkan banyak para imam sholat. Yang mereka sholat saat berjemaah, sholat di masjid, ditempat ramai, membaca surah yang panjang dengan tartil. Tapi ketika mereka sholat sendirian yang mereka ambil adalah surat terpendek dari al-Qur’an. Atau juga para jemaah yang ketika sholat di musholla, masjid, dll, mereka sholat dengan baik tapi ketika dirumah sholat mereka menjadi asal-asalan alias asal sholat. 

Maka kata Rosulullah, ini adalah bentuk peremehan terhadap ALLAH Azza wa Jalla. Dalam keterangan lain saya pernah mendengar bahwa sholat akan datang di hari kiamat dengan bentuk sebagaimana kita sholat saat masih di dunia. Apabila baik maka sholat itu diterima oleh ALLAH, dan apabila buruk maka sholat itu akan dicampakkan oleh ALLAH kepada para pelaku sholat dengan rupa yang buruk. waLLAHu a’lam, na’udzu biLLAHi min dzalik.
Semoga kita semua dipelihara dan dijaga oleh ALLAH dari perbuatan demikian. Amin…
وقال ابن وهب: حدثني يزيد بن عياض، عن عبد الرحمن الأعرج، عن عبد الله بن قيس الخزاعي، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "من قام رياء وسمعة، لم يزل في مقت الله حتى يجلس".
Rosulullah bersabda: “Barang siapa yang berdiri dengan rasa riya’ dan sum’ah, maka ia akan senantiasa dalam murka ALLAH, sehingga dia duduk”
روى ابن أبي شيبة وأبو الشيخ وغيرهما عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " صلوا علي فإن الصلاة علي زكاة لكم
Bersholawatlah kalian untukku karena sesungguhnya sholawat tersebut akan (dihaturkan) kepadaku sebagai pensuci (membersihkan) diri kalian (dari penyakit hati seperti riya’, sum’ah, dll)
Akhirnya saya memohon ampun kepada ALLAH, dan meminta maaf pada para pembaca apabila terdapat kesalahan dalam tulisan ini.
والله اعلم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penjelasan tentang birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua)

بسم الله الرحمن الرحيم { وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِن...