LARANGAN
BERBUAT RIYA’ DAN DALILNYA
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah,
salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rosul Muhammad
sallallahu alaihi wa sallam.
Berikut ini hanyalah
sekedar coretan tentang riya’. Semoga bermanfaat.
Rosulullah
sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك
الأصغر" كأنه قيل ما هو فقال صلى الله عليه وسلم "الرياء" أخرجه أحمد
بإسناد حسن
Rosulullah
shallaLLAHu alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya yang paling aku takutkan
(menimpa) atas kalian adalah syirik kecil” kemudian dari pernyataan RosuluLLAH
ini seakan muncul pertanyaan ‘apakah syirik kecil itu?’ lalu Rosulullah
mengatakan “(syirik kecil itu adalah) riya’”
Hadits di atas
diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad hasan. Riya’ bisa diartikan pamer dan
Riya’ sendiri berarti melakukan sebuah ibadah tapi diniatkan untuk mencari
popularitas ataupun berniat agar dipuji manusia.
Riya’ ada dua
tingkatan, yaitu: pertama, beribadah kepada ALLAH dengan niat ibadah sekaligus
agar dipuji orang lain. Kedua, adalah murni melakukan ibadah hanya agar dipuji
orang lain.
Dalam al-Qur’an,
ALLAH Berfirman:
{فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ
عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً}
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Q.S Al-Kahfi: 110)
Riya’ ini dapat
terjadi dengan beberapa macam hal seperti yang dijelaskan dalam kitab subulussalam
berikut ini:
واعلم أن الرياء يكون بالبدن
وذلك بإظهار النحول والاصفرار ليوهم بذلك شدة الاجتهاد والحزن على أمر الدين وخوف الآخرة
وليدل بالنحول على قلة الأكل وبتشعث الشعر ودرن الثوب يوهم أن همه بالدين ألهاه عن
ذلك وأنواع هذا واسعة وهو معنى أنه من أهل الدين ويكون في القول بالوعظ في المواقف
ويذكر حكايات الصالحين ليدل على عنايته بأخبار السلف وتبحره في العلم ويتأسف على مقارفة
الناس للمعاصي والتأوه من ذلك والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر بحضرة الناس والرياء
بالقول لا تنحصر أبوابه
Riya’ bisa dengan gerakan tubuh atau anggota badan seperti contoh dengan menguruskan badan, membuat diri seolah tampak pucat, mengusutkan rambut, memakai baju yang usang atau sengaja tidak mencuci bajunya, yang semua itu dilakukan agar seolah membuat mereka tampak sangat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan sangat khawatir akan kehidupan di akhirat mereka, sehingga dengan kesemua itu melalaikan badan mereka sendiri. (Subulussalam, juz 4 hal. 185)
Sebenarnya jenis
riya’ dengan anggota badan ini cakupannya luas. Setiap apapun yang dilakukan
seseorang dengan maksud agar dia disangka sebagai orang yang taat pada agama,
maka ini termasuk perbuatan riya’. Namun yang perlu diingat adalah apabila
semua perbuatan ini dilakukan dengan niat yang salah. Lain halnya jika seseorang
melakukan kesemua ini memang dengan hati yang ikhlas. Dan semua itu hanya bisa
diketahui oleh ALLAH dan hamba itu sendiri.
كم من عمل يتصور بصورة
الدنيا فيصير من أعمال الآخرة بحسن النية, وكم من عمل يتصور بصور الآخرة فيصير من
أعمال الدنيا بسوء النية (الحديث او كما قال)
“Banyak amal yang
yang merupakan pekerjaan duniawi tetapi menjadi amal akhirat (menjadi sebuah
ibadah) dikarenakan niat yang bagus. Dan banyak amal yang dilakukan merupakan
amal akhirat tetapi menjadi amal duniawi (hilang pahalanya) karena buruknya
niat (niat yang salah)”
Artinya pekerjaan
duniawi bisa menjadi sebuah ibadah apabila diniatkan dengan baik. Contoh makan
adalah pekerjaan duniawi bersifat manusiawi akan tetapi bisa menjadi ibadah
apabila ketika ia makan ia berniat dengan makan itu, ALLAH Memberinya kekuatan
lalu ia gunakan kekuatan itu untuk beribadah kepada ALLAH. Sedangkan contoh
pekerjaan akhirat yang bisa menjadi pekerjaan duniawi saja yang tidak ada
pahalanya adalah seperti sholat yang dilakukan hanya untuk mendapat pujian dari
orang lain.
Urusan ikhlas adalah
urusan sang hamba dengan Tuhannya sehingga tak ada jalan bagi setan untuk
mengacaukannya. Godaan setan hanyalah agar manusia tidak ikhlas dalam
beribadah.
Riya’ juga bisa
melalui lisan seperti contoh memberi nasehat kepada orang lain, memberi
ceramah, dan lain sebagainya agar membuat dirinya tampak seperti orang yang
luas ilmu agamanya.
Riya’ ini sangat
luas sekali cakupannya, hanya bisa kutulis sebagian kecil dari cakupannya.
Namun definisi awal yang harus kita ketahui adalah bahwa riya’ merupakan
perbuatan atau amal yang dilakukan bukan karena meminta pada ALLAH dengan
ikhlas atau bukan beramal karena ALLAH.
Riya’ adalah
perbuatan yang berat hukumannya sebagaimana yang tercantum dalam banyak hadits.
Dan dalam sebuah hadits Qudsi diceritakan:
وفي الحديث القدسي يقول الله
تعالى: "من عمل عملا أشرك فيه غيري فهو له كله وأنا عنه بريء وأنا أغنى الأغنياء
عن الشرك"
Dalam sebuah hadits
Qudsi ALLAH Mengatakan: “barang siapa yang beramal dengan sebuah amal yang
menyekutukanku dalam amal tersebut dengan selain Aku, maka semua amal itu untuk
dirinya sendiri dan Aku Berlepas dari amalan itu dan Aku adalah (Dzat) Yang Paling
Kaya (tidak butuh) pada kesyirikan itu”
Waduh, agak repot
mentranslate ke bahasa Indonesia karena ilmu yang pas-pasan. Dalam hadits Qudsi
ini, ALLAH Azza wa Jalla Menjelaskan bahwa setiap amalan yang dilakukan karena
riya’, tidak akan mendapatkan apapun dari ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan
mereka akan dihinakan diakhirat nanti. Na’udzu biLLAHi min dzalik. Semoga ALLAH
Azza wa Jalla Menjadikan kita sebagai orang yang mendapat Belas Kasih dan
Rahmat ALLAH. Amin…
Salah satu ahli
hikmah (orang sholeh) mengatakan:
من عمل سبعة دون سبعة لم
ينتفع بما يعمل اولها ان يعمل بالخوف دون الحذر والثاني ان يعمل بالرجاء دون الطلب
والثالث بالنية دون القصد والرابع بالدعاء دون الجهد والخامس بالاستغفار دون الندم
والسادس بالعلانية دون السريرة والسابع بالكد دون الاخلاص
“Barang siapa yang
berbuat tujuh macam hal tanpa disertai tujuh macam hal, maka perbuatan itu
tidak akan ada manfaatnya.
1.
Rasa
takut tanpa disertai menjauh dari maksiat
Maksudnya orang yang
mengaku takut akan siksa ALLAH, akan tetapi ia tidak pernah menjauhi perbuatan
dosa. Maka ucapannya hanyalah ucapan yang tak berguna.
2.
Mengharap
pahala dari ALLAH, tanpa disertai usaha
Maksudnya adalah
orang yang mengaku mengharap surga ALLAH, mengharap surga ALLAH, akan tetapi
orang itu tidak pernah berusaha untuk menggapainya dengan beramal sholih, maka
ucapan orang itu hanyalah ucapan sia-sia.
3.
Berniat
melakukan kebaikan tanpa disertai keinginan berbuat
Maksudnya adalah
orang yang berniat untuk melakukan ketaatan dan kebaikan akan tetapi tidak
pernah melakukan tindakan nyata untuk merealisasikan niatnya. Maka niatnya
hanyalah sebatas niat yang percuma.
4.
Berdo’a
tanpa usaha
Maksudnya adalah ia
berdoa agar ALLAH Memberikan pertolongan kepadanya untuk mendapatkan kebaikan
akan tetapi ia tidak bersungguh-sungguh beribadah.
5.
Istighfar
tanpa disertai penyesalan
Maksudnya orang yang
beristighfar tapi tidak pernah menyesali akan dosa-dosanya sehingga tidak ada
usaha baginya untuk tak mengulangi perbuatannya.
6.
Beramal
baik ditempat terbuka tanpa perilaku serupa ketika sendirian
Maksudnya adalah
seseorang yang beramal dengan baik saat di depan orang banyak, akan tetapi
beribadah asal-asalan ketika sendirian. Maka amal yang dibagus-baguskannya
ketika berada bersama orang lain tidak berguna.
7.
Beribadah
dengan sungguh-sungguh tanpa rasa ikhlas
Maksudnya orang yang beribadah
kepada ALLAH Azza wa Jalla dengan sungguh-sungguh akan tetapi ia melakukan
kesemua itu bukan karena ALLAH, maka amalnya itu sia-sia.
يقول
الله يوم القيامة إذا جزى الناس بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراءون في الدنيا
فانظروا هل تجدون عندهم جزاء” المسند
(5/428) وحسنه الحافظ ابن حجر في بلوغ المرام.
Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
kitabnya al-Musnad meceritakan: Orang-orang yang berbuat riya’ (pamer) ketika
di hari kiamat, saat dimana orang-orang akan mendapatkan balasan atas amal
mereka. maka akan dikatakan pada orang yang riya’ dalam beramal “pergilah
kepada orang-orang yang dulu (sewaktu kamu beramal) kamu mengharap perhatiannya
ketika masih di dunia. Maka lihatlah! Adakah kamu mendapat balasan (pahala)
darinya”
Ketika hari pembalasan merupakan hari yang tidak ada korupsi,
tidak ada ketidak adilan, tidak ada kecurangan, karena ALLAH Yang Menghakimi.
Maka ketika ALLAH Menyuruh para pelaku riya’ untuk meminta pahala kepada makhluk,
maka tentulah ini adalah penghinaan dan juga sebagai bentuk hukuman dari ALLAH,
atas apa yang dahulu pernah mereka lakukan. Na’udzu biLLAHI min dzalik.
Orang-orang yang disuruh oleh ALLAH untuk pergi menemui orang yang
mereka berlaku riya’ karenanya agar meminta pahala kepada mereka saja. Ini
karena mereka melakukan penipuan dalam ibadah mereka. mereka beramal yang
sebenarnya untuk bekal akhirat mereka, akan tetapi sayang, mereka melakukan
amal tersebut bukan untuk mendapat ridha ALLAH, melainkan hanya agar dipuji
orang lain.
Mereka melakukan penipuan dalam ibadah maka ALLAH Azza wa Jalla
akan Membalas tipuan mereka dengan menghapus pahala mereka sehingga sia-sialah
amal mereka.
Pahala hanya ALLAH Anugerahkan kepada mereka yang beramal karena
hanya mengharap ridha atau balasan dari ALLAH semata.
ALLAH Ta’ala Berfirman:
{
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ
نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ
أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ
سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا } [الإسراء: 18 ، 19]
Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami
segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami
kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat
dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka
mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (Q.S. Al-Isra: 18-19)
Dalam
Tafsir al-Qurtubi dijelaskan bahwa orang yang beramal dengan menghendaki
keuntungan duniawi maka ALLAH Azza wa Jalla akan Memberikannya dengan sesuai
kehendak ALLAH. Lalu kemudian di akhirat kelak dia akan dimasukkan kedalam
neraka jahannam dalam keadaan terhina dicampakkan oleh ALLAH ke dalam neraka
dan dijauhkan dari rahmat ALLAH. (Tafsir al-Qurtubi: Juz 10 hal. 235)
Artinya
orang yang melakukan amal atau ibadah hanya karena untuk kesenangan duniawi
mereka, maka ALLAH Azza wa Jalla akan Memberikan kepada mereka apa yang mereka
inginkan itu sesuai dengan kehendak ALLAH, bukan dengan kehendak mereka.
ALLAH
Azza wa Jalla akan Memberikan apapun kesengan duniawi yang mereka inginkan itu sesuai
dengan kadar yang ditentukan oleh ALLAH, dan kesenangan itu bukan menurut
ukuran yang mereka harapkan.
Setelah
mendapat itu semua, maka ALLAH Mewajibkan mereka untuk masuk kedalam neraka
jahannam. Mereka akan menjadi hina dan terhina dihadapan yang lain.
Lalu
dari surah al-Isra ayat 19 disebutkan barang siapa yang beramal dengan
mengharapkan pahala di akhirat. Beramal dengan amal sholeh yang ikhlas karena
ALLAH, sedangkan orang itu adalah orang yang beriman, maka amal mereka diterima
oleh ALLAH Azza wa Jalla.
Dalam
sebuah hadits disebutkan:
حدثنا عمرو بن رافع ، حدثنا
عبد الله بن المبارك ، عن أسامة بن زيد هو الليثي زيد ، عن سعيد المقبري ، عن أبي هريرة
، قال: قال رسول الله: رب صائم ليس له من صيامه إلاّ الجوع وربّ قائم ليس له من قيامه
إلاّ السهر.
هذا إسناد صحيح رجاله ثقات رواه النسائي
Artinya: dari Abu
Hurairah ra, beliau berkata bahwa Rosulullah bersabda:
“banyak orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh apapun dari puasanya
kecuali rasa lapar. Dan banyak orang yang sholat malam tapi tidak mendapatkan
apapun dari sholat malamnya melainkan tidak tidur malam (begadang)” (H.R.
An-Nasa’i)
Artinya ibadah puasa
mereka atau sholat malam mereka tidak diterima
oleh ALLAH, jika tidak dikerjakan karena ALLAH. (lihat: Tanbih al-Ghofilin,
hal. 3, maktabah al-Hidayah)
Sebagian ahli hikmah
mengatakan “perumpamaan bagi orang yang melakukan amal ketaatan karena riya’
dan sum’ah, adalah ibarat seorang laki-laki yang keluar untuk pergi ke pasar
dan memenuhi kantongnya dengan batu kerikil. Lalu orang-orang akan berkata ‘apa
yang dipenuhi oleh laki-laki ini dikantongnya?’ maka apa yang dilakukan oleh
laki-laki ini sungguh tidak ada gunanya selain mendapat gosip dari orang
sekitarnya. Kalaupun laki-laki tadi bermaksud belanja dengan menggunakan
kerikil itu, orang-orang pasti akan menolaknya.
خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم
[ذات يوم] (1) فقال: "يا أيها الناس اتقوا هذا الشرك فإنه أخفى من دبيب
النمل". فقال له من شاء الله أن يقول: فكيف نتقيه وهو أخفى من دبيب النمل يا
رسول الله قال: "قولوا: اللهم إنا نعوذ بك [من] أن نشرك بك شيئا نعلمه
ونستغفرك لما لا نعلمه" (المسند)
Masih dalam
al-Musnad, diceritakan bahwa suatu hari Rosulullah berkhutbah atau memberikan
mau’idzoh, beliau berkata: “wahai sekalian manusia, takutlah kalian pada syirik
ini, karena sesungguhnya ia lebih samar dari semut yang merayap”. Maka
bertanyalah orang yang dikehendaki ALLAH untuk bertanya “bagaimana caranya kamu
waspada terhadap sesuatu yang lebih samar dari semut yang merayap wahai
Rosulullah?” maka Rosulullah menjawab “ucapkanlah ‘sesungguhnya aku berlindung
kepadamu (ya ALLAH) dari menyekutukan sesuatu amal kami dari-Mu yang kami
ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu dari amal yang kami tidak tahu (bahwa
kami sudah menyekutukan-Mu didalamnya)
Kemudian ketika
riya’ disebut sebagai syirik yang lebih samar dari pada semut yang merayap,
maka tentulah kita sebagai manusia harus sangat berhati-hati dan waspada,
apakah amal kita selama ini sudah benar-benar ikhlas kita lakukan ataukah
belum.
Jika analogi yang
disebutkan Rosul adalah semut, sedangkan semut sendiri hampir tidak akan
terlihat oleh manusia dalam keadaan biasa, kecuali jika manusia benar-benar
meneliti atau mencari keberadaannya. Dan Rosulullah mengatakan bahwa riya’ ini
lebih samar dari pada semut yang merayap.
تفسير ابن كثير (5/ 208)
وقال الحافظ أبو بكر البزار:
حدثنا عمرو بن يحيى الأيلي، حدثنا الحارث بن غسان، حدثنا أبو عمران الجوني، عن أنس،
رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "تعرض أعمال بني آدم بين
يدي الله، عز وجل، يوم القيامة في صحف مختومة (مختمة) ، فيقول الله: ألقوا هذا، واقبلوا
هذا، فتقول الملائكة: يا رب، والله ما رأينا منه إلا خيرًا. فيقول: إن عمله كان لغير
وجهي، ولا أقبل اليوم من العمل إلا ما أريد به وجهي".
Al-Hafidz Abu Bakar
al-Bazzar menceritakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas Ra,
sebagaimana yang tercantum dalam kitab Tafsir Ibn Katsir. Rosulullah bersabda
“Semua amal anak Adam (umat manusia) akan ditunjukkan dihadapan ALLAH Azza wa
Jalla pada hari kiamat pada sebuah buku yang ditutup. Maka ALLAH Berfirman
‘buanglah (catatan amal) ini dan ambillah (catatan amal) ini’.
Maka kemudian malaikat pun akan berkata ‘ya ALLAH, kami tidak melihat darinya kecuali kebaikan’ (malaikat heran kenapa ALLAH tidak Berkenan menerima beberapa amal yang tercatat di buku itu). Lalu ALLAH Azza wa Jalla Menjawab ‘sesungguhnya amalnya itu (dilakukan) bukan karena mengharap ridlo-Ku, dan pada hari ini Aku tidak Menerima satu amalpun kecuali yang dilakukan karena mengharap ridlo-Ku’”
Maka kemudian malaikat pun akan berkata ‘ya ALLAH, kami tidak melihat darinya kecuali kebaikan’ (malaikat heran kenapa ALLAH tidak Berkenan menerima beberapa amal yang tercatat di buku itu). Lalu ALLAH Azza wa Jalla Menjawab ‘sesungguhnya amalnya itu (dilakukan) bukan karena mengharap ridlo-Ku, dan pada hari ini Aku tidak Menerima satu amalpun kecuali yang dilakukan karena mengharap ridlo-Ku’”
Dari hadits ini
seandainya ALLAH Memerintah kepada malaikat untuk menghapus amal yang telah dicatat
oleh malaikat karena amal itu bukan karena ALLAH, maka memberi indikasi bahwa
bahkan malaikatpun tak tahu apakah amal itu adalah benar-benar ikhlas karena
ALLAH, ataukah tidak. akan tetapi dalam pengadilan ALLAH Azza wa Jalla, tidak
akan ada kecurangan karena ALLAH adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
Meninggalkan sebuah
ibadah karena takut riya’ juga merupakan perbuatan riya’.
Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Fudhail bin Iyad ra:
وقال الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى:
(ترك العمل من أجل الناس رياء والعمل من أجل الناس شرك والإخلاص أن يعافيك الله منهما)
["الرسالة القشيرية"
ص95
“Meninggalkan berbuat amal karena manusia adalah perbuatan riya’, melakukan sebuah amal karena manusia adalah syirik, dan ikhlas adalah ketika ALLAH Menjauhkanmu dari keduanya” (Risalah al-Qusyairiyah: hal. 95)
Meninggalkan sedekah
misalnya karena takut riya’ ini termasuk perbuatan riya’. Ketika sesorang
beribadah semisal sholat, lalu di dalam hati ada bisikan supaya kita sholat
dengan baik agar jadi hamba yang shaleh, maka perlu diwaspadai sebab bisikan
seperti ini bisa jadi adalah bisikan setan. Seseorang sholat lalu dia berkata
dalam hatinya bahwa ia adalah hamba ALLAH yang shaleh, atau bersedekah lalu
dalam hatinya ia berkata bahwa ia adalah orang dermawan, ini adalah jebakan
setan bisikan setan, yang bisa menejerumuskan seseorang ke dalam sifat riya’.
Seseorang ketika
beribadah maka ia beribadah hanya kepada ALLAH dan meminta balasan kepada ALLAH
saja, atau bahkan tidak meminta apapun dari ALLAH. Tidak pernah berfikir ia
adalah orang yang taat hanya karena ibadah yang dilakukan. Ia hanya berfikir
bahwa semua ibadah yang dilakukan hanyalah bentuk rasa syukur tanpa merasa
lebih baik dari orang lain.
وقال أبو يعلى: حدثنا
محمد بن أبي بكر، حدثنا محمد بن دينار، عن إبراهيم الهجري عن أبي الأحوص، عن عوف
بن مالك، عن ابن مسعود، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
"من أحسن الصلاة حيث يراه الناس وأساءها حيث يخلو، فتلك استهانة استهان بها
ربه، عز وجل".
Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud beliau mengatakan bahwa Rosulullah bersabda
“barang siapa yang mebaguskan sholatnya saat dilihat orang lain dan memperburuk
sholatnya (sholat asal-asalan) ketika sendirian, maka itu termasuk meremehkan
terhadap Tuhannya (ALLAH) Azza wa
Jalla”.
Mungkin hadits di
atas cukup untuk menggambarkan banyak para imam sholat. Yang mereka sholat saat
berjemaah, sholat di masjid, ditempat ramai, membaca surah yang panjang dengan
tartil. Tapi ketika mereka sholat sendirian yang mereka ambil adalah surat
terpendek dari al-Qur’an. Atau juga para jemaah yang ketika sholat di musholla,
masjid, dll, mereka sholat dengan baik tapi ketika dirumah sholat mereka
menjadi asal-asalan alias asal sholat.
Maka kata Rosulullah, ini adalah bentuk peremehan terhadap ALLAH Azza wa Jalla. Dalam keterangan lain saya pernah mendengar bahwa sholat akan datang di hari kiamat dengan bentuk sebagaimana kita sholat saat masih di dunia. Apabila baik maka sholat itu diterima oleh ALLAH, dan apabila buruk maka sholat itu akan dicampakkan oleh ALLAH kepada para pelaku sholat dengan rupa yang buruk. waLLAHu a’lam, na’udzu biLLAHi min dzalik.
Maka kata Rosulullah, ini adalah bentuk peremehan terhadap ALLAH Azza wa Jalla. Dalam keterangan lain saya pernah mendengar bahwa sholat akan datang di hari kiamat dengan bentuk sebagaimana kita sholat saat masih di dunia. Apabila baik maka sholat itu diterima oleh ALLAH, dan apabila buruk maka sholat itu akan dicampakkan oleh ALLAH kepada para pelaku sholat dengan rupa yang buruk. waLLAHu a’lam, na’udzu biLLAHi min dzalik.
Semoga kita semua
dipelihara dan dijaga oleh ALLAH dari perbuatan demikian. Amin…
وقال ابن وهب: حدثني يزيد
بن عياض، عن عبد الرحمن الأعرج، عن عبد الله بن قيس الخزاعي، أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قال: "من قام رياء وسمعة، لم يزل في مقت الله حتى يجلس".
Rosulullah bersabda:
“Barang siapa yang berdiri dengan rasa riya’ dan sum’ah, maka ia akan
senantiasa dalam murka ALLAH, sehingga dia duduk”
روى ابن أبي شيبة
وأبو الشيخ وغيرهما عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم " صلوا علي فإن الصلاة علي زكاة لكم
Bersholawatlah
kalian untukku karena sesungguhnya sholawat tersebut akan (dihaturkan) kepadaku
sebagai pensuci (membersihkan) diri kalian (dari penyakit hati seperti riya’,
sum’ah, dll)
Akhirnya saya memohon ampun kepada
ALLAH, dan meminta maaf pada para pembaca apabila terdapat kesalahan dalam
tulisan ini.
والله اعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar